Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya| Kerajaan Sriwijaya, semenjak permulaan tahun Masehi, kekerabatan antara India dan Nusantara sudah ramai. Hal itu mengakibatkan kawasan pantai timur Sumatera bertambah ramai. Akibatnya, muncul pusat-pusat perdagangan yang berubah menjadi sentra kerajaan. Munculnya Kerajaan Sriwijaya : Kerajaan-kerajaan kecil yang muncul di pantai timur Sumatera sekitar era ke-7, antara lain Kerajaan Tulang Bawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang berhasil berkembang mencapai kejayaan yaitu Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya : Mengenai sentra Kerajaan Sriwijaya ada banyak sekali pendapat. Ada yang beropini bahwa sentra Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang, ada pula yang beropini di Jambi. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para hebat yaitu di Palembang bersahabat pantai dan tepi Sungai Musi.
Pemerintahan dan Perkembangan Politik serta Sosial Ekonomi : Kerajaan Sriwijaya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sriwijaya dalam perkembangannya berperan sebagai kerajaan maritin dan sentra agama Buddha. Sriwijaya mendapat julukan sebagai negara nasional pertama. Sriwijaya sebagai Negara Nasional Pertama : Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang era ke-7. Kerajaan Sriwijaya dipimpin Dapunta Hyang. Raja ini banyak melaksanakan ekspansi wilayah. Perluasan itu terus berlangsung pada masa raja-raja diberikutnya.
Beberapa kawasan yang sanggup dikuasai oleh Sriwijaya,
1 Tulang Bawang yang terletak kira-kira di kawasan Lampung
2. Daerah Kedah di pantai barat Semenanjung Melayu.
3. Pulau Bangka;
4. Jambi;
5. Jawa Barat;
6. Tanah Genting
7. Kerajaan Kalingga dan Mataram Hindu (Kuno).
Dalam Perkembangan wilayah kekuasaan Sriwijaya makin luas. Sebagian besar Sumatera, Semenanjung Melayu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan cuilan barat berada dibawah efek Sriwijaya. Bahkan tahun 775 ketika Sriwijaya diperintah oleh Dharmasetra, berhasil menguasai dan membangun pagkalan di kawasan Ligor. Pada era ke-9, dibawah pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya mengalami masa keemasan. Wilayahnya sangat luas dengan dermaga angkatan bahari yang kuat, jalur perdagangan, dan bandar-bandar penting di sekitar Sriwijaya berhasil dikuasai. Sriwijaya bisa mengendalikan sebagian besar perairan Nusantara. Oleh lantaran itu wilayah dan pengaruhnya yang sangat luas, Sriwijaya sering dikenal sebagai Negara Nasional Pertama di Indonesia.
Pada tahun 990 M, Kerajaan Sriwijaya dipimpin Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja ini terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Srisudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang berjulukan Marawijayottunggawarman. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya juga membuatkan kekerabatan kolaborasi dengan Kerajaan Benggala, Colamandala, Sri Langka, Cina (Kanton), dan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, ibarat Siam. Hal itu menawarkan bahwa Sriwijaya ialah kerajaan besar yang cukup dihormati kerajaan lain.
Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim : Sriwijaya boleh dikatakan sebagai kerajaan maritin yang pertama di Indonesia. Kerajaan maritin yaitu suatu kerajaan yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari hasil pelayaran dan pergangan. Oleh lantaran itu, sungai dan bahari atau perairan di sekitar kerajaan menjadi cuilan yang sangat penting. Kerajaan Sriwijaya sudah berhasil berubah menjadi kerajaan maritim yang sangat kuat. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim itu didorong oleh letak Sriwijaya dan kedudukannya sebagai sentra perdagangan. Perlu diketahui, selain di tepi sungai dan bersahabat pantai, letak Sriwijaya berhadapan dengan Selat Malaka, dan berdekatan dengan Selat Sunda. Letak yang demikian itu, memungkinkan Sriwijaya sanggup menguasai dua perairan yang mempunyai arti penting dalam aktivitas perdagangan.
Letak Sriwijaya yang strategis menjadikan kerajaan tersebut sebagai tempat persinggahan kapal dagang yang berlayar dari Cina ke India atau sebaliknya. Bahkan, pedagang yang singgah di Sriwijaya tidak spesialuntuk dari India dan Cina, tetapi juga dari Siam dan Arab. Para pedagang itu melaksanakan bongkar muat barang dagangannya. melaluiataubersamaini demikian, Sriwijaya cepat berubah menjadi banda dan sentra perdagangan internasional yang sangat ramai. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan baik secra nasional maupun internasional di Asia Tenggara. Perdagangan bahari Sriwijaya berkembang lantaran terjamin keamanannya. Keamanan perdagangan samudra di Sriwijaya didukung oleh kuatnya armada angkatan bahari Kerajaan Sriwijaya yang bisa mengamankan seluruh lautan Nusantara. Munculnya Sriwijaya sebagai bandar dan sentra perdagangan, sudah membawa kemakmuran bagi rakyat Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya mendapat hasil dari pajak atau bea cukai kapal-kapal absurd yang dilakukan bongkar janjkematian barang di Bandar Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya juga simpel mendapat barang-barang keperluan tanpa harus pergi jauh. melaluiataubersamaini demikian, Sriwijaya benar-benar berkembang menajdi kerajaan maritim
Sriwijaya sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Agama Buddha : Sriwijaya berhasil menjadi sentra ilmu pengetahuan dan agama Buddha Mahayana yang penting di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Banyak mahasiswa bahkan pendeta dari luar yang hadir ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa sanskerta. Bagi yang ingin memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, sebagiknya mengadakan persiapan lampau di Sriwijaya. Hal itu sesuai keterangan i Tsing, seorang musafir dari Cina. Pada tahun 685 sehabis berada di India. I Tsing pergi lagi ke Sriwijaya untuk kedua kalinya. Pada peluang ini 1 Tsing tinggal selamat empat tahun di Sriwijaya. Selain memperdalam bahasa Sanskerta. I Tsing juga melengkapi catatan-catatannya terkena keadaan dan perkembangan Kerajaan Sriwijaya. Diceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat ribuan mahasiswa dan pendeta agama Buddha yang sedang belajar. Para pendeta itu hadir dari banyak sekali negara. Salah seorang di antaranya yaitu Atisa, pendeta dari Tibet. Mereka mencar ilmu di bawah bimbingan para pendeta Sriwijaya.
Salah seorang pendeta agama Buddha dari Sriwijaya yang populer yaitu Sakyakirti. Itu tiruana menandakan bahwa Sriwijaya benar-benar menjadi sentra pengetahuan dan agama Buddha. Sriwijaya tidak spesialuntuk sebagai sentra belajar, tetapi juga aktif mengirim para mahasiswanya mencar ilmu agama Buddha ke Perguruan Tinggi Nalanda di India. Agama Buddha Mahayana berkembang pesat di Sriwijaya begitu jgua seni budaya yang berkaitan dengan agama Buddha. Hal ini terbukti dengan dibuatnya bangunan suci agama Buddha. Misalnya, Candi Muara Takus dan Biaro Bahal yang ialah bangunan suci yang sangat penting.
Kemunduran Sriwijaya : Sejak era ke-11, Sriwijaya mulai megnalami kemunduran. Sebab-sebab kemunduran itu, antara lain sebagai diberikut.
1. Pada tahun 1025, Sriwijaya diserang oleh Raja Rajendra dari Colamandala
2. Pada tahun 1275, Raja Kertguagara dari Singasari mengirim pasukan ke Melayu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Kehadiran pasukan Kertguagara yang berhasil menguasai wilayah Melayu ini memperlemah kedudukan Sriwijaya. Berkembanganya Majapahit sebagai negara yang besar turut memperlemah kedudukan Sriwijaya. Pada tahun 1377, Angkatan Laut Majapahit menyerang Sriwijaya dan mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Sekian artikel tetang Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya semoga bermanfaa
Pemerintahan dan Perkembangan Politik serta Sosial Ekonomi : Kerajaan Sriwijaya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sriwijaya dalam perkembangannya berperan sebagai kerajaan maritin dan sentra agama Buddha. Sriwijaya mendapat julukan sebagai negara nasional pertama. Sriwijaya sebagai Negara Nasional Pertama : Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang era ke-7. Kerajaan Sriwijaya dipimpin Dapunta Hyang. Raja ini banyak melaksanakan ekspansi wilayah. Perluasan itu terus berlangsung pada masa raja-raja diberikutnya.
Beberapa kawasan yang sanggup dikuasai oleh Sriwijaya,
1 Tulang Bawang yang terletak kira-kira di kawasan Lampung
2. Daerah Kedah di pantai barat Semenanjung Melayu.
3. Pulau Bangka;
4. Jambi;
5. Jawa Barat;
6. Tanah Genting
7. Kerajaan Kalingga dan Mataram Hindu (Kuno).
Dalam Perkembangan wilayah kekuasaan Sriwijaya makin luas. Sebagian besar Sumatera, Semenanjung Melayu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan cuilan barat berada dibawah efek Sriwijaya. Bahkan tahun 775 ketika Sriwijaya diperintah oleh Dharmasetra, berhasil menguasai dan membangun pagkalan di kawasan Ligor. Pada era ke-9, dibawah pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya mengalami masa keemasan. Wilayahnya sangat luas dengan dermaga angkatan bahari yang kuat, jalur perdagangan, dan bandar-bandar penting di sekitar Sriwijaya berhasil dikuasai. Sriwijaya bisa mengendalikan sebagian besar perairan Nusantara. Oleh lantaran itu wilayah dan pengaruhnya yang sangat luas, Sriwijaya sering dikenal sebagai Negara Nasional Pertama di Indonesia.
Pada tahun 990 M, Kerajaan Sriwijaya dipimpin Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja ini terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Srisudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang berjulukan Marawijayottunggawarman. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya juga membuatkan kekerabatan kolaborasi dengan Kerajaan Benggala, Colamandala, Sri Langka, Cina (Kanton), dan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, ibarat Siam. Hal itu menawarkan bahwa Sriwijaya ialah kerajaan besar yang cukup dihormati kerajaan lain.
Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim : Sriwijaya boleh dikatakan sebagai kerajaan maritin yang pertama di Indonesia. Kerajaan maritin yaitu suatu kerajaan yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari hasil pelayaran dan pergangan. Oleh lantaran itu, sungai dan bahari atau perairan di sekitar kerajaan menjadi cuilan yang sangat penting. Kerajaan Sriwijaya sudah berhasil berubah menjadi kerajaan maritim yang sangat kuat. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim itu didorong oleh letak Sriwijaya dan kedudukannya sebagai sentra perdagangan. Perlu diketahui, selain di tepi sungai dan bersahabat pantai, letak Sriwijaya berhadapan dengan Selat Malaka, dan berdekatan dengan Selat Sunda. Letak yang demikian itu, memungkinkan Sriwijaya sanggup menguasai dua perairan yang mempunyai arti penting dalam aktivitas perdagangan.
Letak Sriwijaya yang strategis menjadikan kerajaan tersebut sebagai tempat persinggahan kapal dagang yang berlayar dari Cina ke India atau sebaliknya. Bahkan, pedagang yang singgah di Sriwijaya tidak spesialuntuk dari India dan Cina, tetapi juga dari Siam dan Arab. Para pedagang itu melaksanakan bongkar muat barang dagangannya. melaluiataubersamaini demikian, Sriwijaya cepat berubah menjadi banda dan sentra perdagangan internasional yang sangat ramai. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan baik secra nasional maupun internasional di Asia Tenggara. Perdagangan bahari Sriwijaya berkembang lantaran terjamin keamanannya. Keamanan perdagangan samudra di Sriwijaya didukung oleh kuatnya armada angkatan bahari Kerajaan Sriwijaya yang bisa mengamankan seluruh lautan Nusantara. Munculnya Sriwijaya sebagai bandar dan sentra perdagangan, sudah membawa kemakmuran bagi rakyat Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya mendapat hasil dari pajak atau bea cukai kapal-kapal absurd yang dilakukan bongkar janjkematian barang di Bandar Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya juga simpel mendapat barang-barang keperluan tanpa harus pergi jauh. melaluiataubersamaini demikian, Sriwijaya benar-benar berkembang menajdi kerajaan maritim
Sriwijaya sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Agama Buddha : Sriwijaya berhasil menjadi sentra ilmu pengetahuan dan agama Buddha Mahayana yang penting di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Banyak mahasiswa bahkan pendeta dari luar yang hadir ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa sanskerta. Bagi yang ingin memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, sebagiknya mengadakan persiapan lampau di Sriwijaya. Hal itu sesuai keterangan i Tsing, seorang musafir dari Cina. Pada tahun 685 sehabis berada di India. I Tsing pergi lagi ke Sriwijaya untuk kedua kalinya. Pada peluang ini 1 Tsing tinggal selamat empat tahun di Sriwijaya. Selain memperdalam bahasa Sanskerta. I Tsing juga melengkapi catatan-catatannya terkena keadaan dan perkembangan Kerajaan Sriwijaya. Diceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat ribuan mahasiswa dan pendeta agama Buddha yang sedang belajar. Para pendeta itu hadir dari banyak sekali negara. Salah seorang di antaranya yaitu Atisa, pendeta dari Tibet. Mereka mencar ilmu di bawah bimbingan para pendeta Sriwijaya.
Salah seorang pendeta agama Buddha dari Sriwijaya yang populer yaitu Sakyakirti. Itu tiruana menandakan bahwa Sriwijaya benar-benar menjadi sentra pengetahuan dan agama Buddha. Sriwijaya tidak spesialuntuk sebagai sentra belajar, tetapi juga aktif mengirim para mahasiswanya mencar ilmu agama Buddha ke Perguruan Tinggi Nalanda di India. Agama Buddha Mahayana berkembang pesat di Sriwijaya begitu jgua seni budaya yang berkaitan dengan agama Buddha. Hal ini terbukti dengan dibuatnya bangunan suci agama Buddha. Misalnya, Candi Muara Takus dan Biaro Bahal yang ialah bangunan suci yang sangat penting.
Kemunduran Sriwijaya : Sejak era ke-11, Sriwijaya mulai megnalami kemunduran. Sebab-sebab kemunduran itu, antara lain sebagai diberikut.
1. Pada tahun 1025, Sriwijaya diserang oleh Raja Rajendra dari Colamandala
2. Pada tahun 1275, Raja Kertguagara dari Singasari mengirim pasukan ke Melayu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Kehadiran pasukan Kertguagara yang berhasil menguasai wilayah Melayu ini memperlemah kedudukan Sriwijaya. Berkembanganya Majapahit sebagai negara yang besar turut memperlemah kedudukan Sriwijaya. Pada tahun 1377, Angkatan Laut Majapahit menyerang Sriwijaya dan mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Sekian artikel tetang Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya semoga bermanfaa
Posting Komentar untuk "Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya"