Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memotivasi Siswa Melalui Model Arcs

Model ARCS yakni sebuah model yang dikembangkan oleh John Keller pada tahun 1988 untuk membangkitkan motivasi berguru siswa dalam suatu pembelajaran. ARCS merujuk pada akronim Attention-Relevance-Confidence-Satisfaction (Perhatian-Relevansi-Rasa Percaya Diri-Kepuasan). Model ARCS sanggup diintegrasikan dalam perencanaan pembelajaran untuk kemudian dilaksanakan dalam acara berguru mengajar.

Semua guru niscaya tahu bahwa menciptakan dan menjaga siswa semoga selalu termotivasi dalam pembelajaran yakni sebuah gosip yang sangat krusial. Salah satu model yang sanggup membantu guru dalam menghadapi tantangan ini yakni model motivasi ARCS, sebuah model yang sanggup dipakai untuk menciptakan dan menjaga siswa semoga tetap termotivasi belajar.

Model ARCS disandarkan pada 4 konsep dan karakteristik motivasi, yaitu Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (Rasa Percaya Diri), dan Satisfaction (Kepuasan). Ke-4 konsep dan karakteristik ini yakni serangkaian syarat yang harus dipenuhi semoga sanggup menciptakan siswa termotivasi dari awal sampai tamat pembelajaran.


Keempat aspek motivasi di atas sanggup dipikirkan oleh guru ketika ia merancang sebuah pembelajaran dan sanggup dituangkan secara eksplisit ke dalam RPP-nya (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) melalui pertanyaan-pertanyaan berikut, yang merupakan sub kategori dari model ARCS tersebut.

Attention (Perhatian)

Membuat ketertarikan (rangsangan perseptual)

Apa yang sanggup guru lakukan untuk menarik perhatian siswa?

Menstimulasi Inkuiri (rangsangan inkuiri)

Bagaimana guru sanggup menstimulasi suatu tingkah laris siswa untuk ber-inkuiri?

Memelihara perhatian (variabilitas)

Bagaimana guru sanggup memakai bermacam-macam strategi mengajar?


Relevance (Relevansi)

Berhubungan dengan tujuan pembelajaran 

Bagaimana semoga guru sanggup memenuhi kebutuhan siswa (Apakah saya mengetahui apa yang diharapkan oleh siswa saya?)

Berhubungan dengan Rasa Ingin Tahu Siswa (Mencocokkan dengan Minat Siswa)

Bagaimana dan kapan guru sanggup menyediakan pilihan-pilihan, tanggung jawab-tanggung jawab, dan pengaruh-pengaruh yang tepat?

Pengalaman-pengalaman (familiaritas)

Bagaimana guru sanggup mengikat pengajaran dengan pengalaman-pengalaman siswa?

Confidence (Rasa Percaya Diri)

Ekspektasi keberhasilan (Syarat-syarat belajar)

Bagaimana guru sanggup membantu dalam membangun ekspektasi untuk keberhasilan siswa?

Kesempatan untuk berhasil (Kegiatan-kegiatan belajar)

Bagaimanakah pengalaman-pengalaman berguru yang sanggup mendukung atau meningkatkan kepercayaan diri siswa terhadap kompetensinya?

Tanggung jawab langsung (atribusi keberhasilan)

Bagaimana siswa sanggup mengetahui dengan terperinci bahwa keberhasilan mereka yakni sebagai hasil dari upaya dan kemampuan mereka sendiri?

Satisfaction (Kepuasan)

Kepuasan intrinsik (Penguatan pada diri sendiri oleh siswa)

Bagaimana guru menyediakan kesempatan bermakna pada siswa untuk memakai pengetahuan atau keterampilan yang gres saja diperolehnya?

Memberikan penghargaan pada hasil berguru (penghargaan ekstrinsik)

Penghargaan atau bentuk penguatan apa yang akan diberikan oleh guru?

Perlakuan yang adil

Bagaimana guru sanggup membantu siswa semoga selalu berada dalam perasaan konkret perihal pencapaian mereka sendiri.

Baca Juga:
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dengan MLE
Sumber http://novehasanah.blogspot.com/

Posting Komentar untuk "Memotivasi Siswa Melalui Model Arcs"