Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Artikel Dan Misalnya Lengkap

Pengertian Artikel dan Contohnya Lengkap - Pernahkah Anda membaca goresan pena – goresan pena yang membahas suatu topik tertentu di sebuah majalah, jurnal, ataupun Koran . Karya tulis itu disebut juga dengan artikel, kemudian apakah artikel itu ?

Artikel disebut juga dengan karya tulis yang berisi pendapat seseorang mengenai suatu permasalahan atau topik yang bersifat aktual, informatif dan terkadang kontroversial. Banyak sekali jenis – jenis artikel yang sering kita lihat di luar sana. Namun, yang akan kita bahas kali ini yakni artikel ilmiah. 
Artikel ilimah yakni karya tulis yang disusun dengan mengikuti tata cara ilimah atau pedoman penyusunan artikel ilmiah yang telah ditentuan. Artikel ini didasari oleh hasil penelitian, hasil kajian, atau hasil pembahasan. Sepintas artikel ilimiah hampir sama dengan makalah.

Namun, makalah hanyalah berupa pemikiran - pemikiran yang didasari oleh analisa yang logis dan objektif terhadapa suatu topik atau permasalahan. Sedangkan, artikel ilmiah merupakan pemaparan wacana proses maupun hasil – hasil yang diperoleh dari sebuah penelitiaan atau kajian. Oleh alasannya yakni itu, meskipun hampir terlihat sama, kedua karya tulis ini berbeda dalam hal isi.

Ciri – Ciri Artikel Ilmiah


1. Isi goresan pena didasari oleh fakta bukan sekedar opini – opini kosong tanpa pendukung.
2. Bersifat faktual dan informative, mengungkapkan informasi yang menurut hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan.
3. Artikel ilmiah juga mempunyai opini atau analisa pemikiran – pemikiran penulis. Akan tetapi, pemikiran itu dikuatkan / didasari oleh data valid berupa hasil penelitian sebelumnya, teori, maupun fakta yang ditulis ke dalam artikel.
4. Menggunakan metode penulisan yang sistematis. Dengan kata lain, ditulis dengan sistematis biar gagasan atau topik utamanya bisa terlihat terang dari awal hingga simpulan artikel.
5. Menggunakan ragam bahasa yang resmi dan baku. Hal ini dikarenakan dengan memakai bahasa resmi yang bercirikan lugas, logis, denotatif, dan efektif, akan menciptakan bahasa artikel ilmiah terasa padat, berisi dan tidak berbelit – belit. 

Jenis – Jenis Artikel Ilmiah


Berdasarkan sumber datanya, artikel ilmiah dibedakan menjadi dua, yaitu artikel penelitian dan artikel non penelitian. Kedua jenis artikel ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Artikel penelitian

Artikel penelitian yakni artikel yang ditulis menurut hasil penelitian sendiri secara sistematis dengan mengikuti pedoman penulisan artikel ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel ini dibentuk untuk dipublikasikan di dalam jurnal maupun buku – buku yang berisi kumpulan artikel.  
Artikel ini biasanya ditulis dengan dua cara yaitu : (a) Sebelum laporan, hal ini ditulis untuk mendapat masukan – masukan atau saran dari orang yang andal atau disebut juga dengan pembimbing. (b) Setelah laporan tehnis. Ini dilakukan sehabis laporan mendapat revisi sehingga sudah benar – benar siap untuk dipublikaskan. 

Sistematika penulisan artikel

1. Judul
2. Nama Penulis, Nama pembimbing dan e mail penulis
3. Sponsor / Instansi kawasan bernaung
4. Abstrak
5. Kata kunci
6. Pendahuluan
7. Metode
8. Hasil
9. Pembahasan
10. Kesimpulan dan saran
11. Daftar pustaka

2. Artikel non penelitian

Artikel ini dibentuk bukan didasari oleh penelitian langsung, akan tetapi bisa bersumber dari buku ataupun jurnal – jurnal penelitian lainnya. Meskipun begitu, artikel non penelitian juga ditulis secara sistematis dan terstruktur. Bedanya yakni hanya ada pada sistem numerisasisnya saja. Pada artikel penelitian, sistem penomeran harus ada, sedangkan artikel non penelitian tidak memakai sistem penomoran, baik angka maupun abjad.

Artikel ini hanya berisi paragraf – paragraf yang terdiri antara 10 hingga 20 halaman. Namun, artikel ini juga mempunyai cuilan – cuilan essential di dalam penulisan artikel ilmiah, menyerupai judul artikel,  nama penulis, pendahuluan, cuilan isi, cuilan penutup, daftar pustaka.

Ketentuan menulis artikel ini sama dengan menulis makalah atau laporan penelitian, sehingga cuilan abnormal dan kata kunci tidak ada di dalam artikel ini.  

Contoh Artikel Ilmiah 

Analysis Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Kata Berpolisemi di dalam Kalimat

Aria Nugarah
Universitas Pelangi Nusantara
Nugrahaarr@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami Polisemi kosakata dalam kalimat yang dilakukan pada 230 siswa tahun kedua di SMPN 16 Bandar Lampung. Penulis memakai metode deskriptif dalam penelitian ini dengan memakai tes objektif. Tes yang dipakai yakni tes pilihan ganda terdiri dari 50 pertanyaan yang dipakai untuk mengumpulkan data. Data dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Temuan dari penelitian ini yakni kemampuan siswa dalam memahami polisemi kosakata dalam kalimat yakni 57,3. Ini berarti pemahaman mereka dalam kata berpolisemi yakni cukup. Kemampuan siswa dalam memahami polisemi yakni cukup dengan 53,27 skor. Sementara kemampuan siswa dalam memahami polisemi dalam kalimat yakni baik dengan 61,33 skor. Data memperlihatkan bahwa siswa mempunyai kesulitan dalam memahami polisemi kosakata dalam kalimat terutama dalam menafsirkan makna. Oleh alasannya yakni itu, guru harus menemukan metode lain untuk mengajar polisemi kosakata untuk siswa. Penulis beropini bahwa metode mengingat yakni metode yang efektif untuk dipakai dalam mengajar polisemi.

Kata Kunci : kalimat, kata, belajar

Advertisement
PENDAHULUAN

Pada dasarnya, berguru bahasa yakni berguru bagaimana berkomunikasi. Bahasa selalu tumbuh dari waktu ke waktu seiring dengan pertumbuhan pikiran manusia. Penggunaan bahasa diwujudkan dalam bentuk kalimat dan kata. 

Penggunaan kata yakni hal yang paling penting dalam bahasa, baik verbal maupun tulisan. Kata mengambil tugas penting dalam dalam sistem bahasa. Menurut Rusyana (1984: 13) seseorang yang disebut terampil dalam memakai bahasa kalau mereka telah menguasai sistem bahasa Indonesia sepenuhnya, menyerupai sistem bunyi dan struktur, penguasaan kosakata dan ejaan. Peran penguasaan kosa kata dan makna sangat penting untuk membentuk keterampilan berbahasa siswa. Oleh alasannya yakni itu, Kosakata dan sistem makna menjadi salah satu acara yang diajarkan di sekolah.

Pembelajaran kosakata bertujuan untuk meningkatkan ukuran kosakata siswa. Mereka tidak perlu menghafal sejumlah kata, tapi mereka perlu tahu bagaimana penggunaan kata dalam ucapan. Pembelajaran kosakata bukan wacana menyajikan hukum dan terminologi tetapi kegiatan memahami dan memakai kosa kata yang bekerjasama dengan konteks (GBPP 1994: 7). Setiap kata mempunyai arti tersendiri, tetapi ada beberapa kata yang mempunyai makna yang tidak terang atau ambiguitas.

Salah satu sub-subjek yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama yakni wacana kekerabatan makna. Hubungan makna akan terlihat kalau kata diatur satu sama lain sehingga makna akan terlihat dalam penggunaan bahasa. Siswa perlu memahami beberapa bentuk kata-kata dan makna kata-kata untuk mencapai pemahaman bahasa. Hubungan antara makna dan kata, antara lain (1) Sinonim, (2) Antonim, (3) homonim, (4) Polisemi, dan (5) Hyponym (Soedjito, 1990: 76)

Polisemi yakni kata yang mempunyai lebih dari satu makna. Siswa harus memahami dan bisa memakai kata polisemi alasannya yakni penggunaan polisemi dalam bahasa Indonesia sanggup mengakibatkan aneka macam makna yang berkaitan dengan situasi dan konteks. Pada kenyataannya siswa merasa sulit untuk memahami dan memakai kata Polisemi. Ada banyak kesalahan yang mereka buat. Peneliti menemukan fakta di atas dikala peneliti melaksanakan PPL di SMP. Kesalahan yang sering dibentuk oleh siswa misalnya: dikala mereka menafsirkan makna Kaki dalam kalimat Kakinya terkilir dikala ia Jatuh. Sebagian besar siswa menganggap kata Kaki dalam kalimat yakni cuilan badan yang berada di bawah. Namun, seharusnya artinya yakni cuilan dari badan yang dipakai untuk menopang tubuh. Menurut peneliti, kesalahan tidak harus terjadi kalau siswa memahami kata polisemi.

Berdasarkan problem di atas, penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama 16 Bandar Lampung. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengetahuan siswa dalam polisemi di sebuah kalimat. Bagaimana kemampuan siswa dalam memahami polisemi dalam kalimat? Dan bagaimana pengetahuan siswa dalam memakai polisemi dalam kalimat

METODE

Metode yang dipakai dalam penelitian ini yakni metode deskriptif. Metode deskriptif yakni metode yang dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang memakai kata-kata untuk mengambil kesimpulan (Arikunto, 2002: 213). Metode deskriptif memusatkan niatnya dalam temuan faktual sesuai dengan kondisi riil (Nawawi, 1994: 73). Metode deskriptif yakni metode yang berbicara wacana probabilitas dalam memecahkan problem faktual dengan mengumpulkan data, ketertiban dan mengklasifikasikan data, menganalisis dan menginterpretasikan data (Surakmad, 1985: 131).

 Populasi penelitian ini yakni siswa tahun kedua  SMP 16 Bandar Lampung. Ada 230 siswa yang tersebar di 6 kelas. Peneliti mengambil 60 siswa sebagai sampel. Sampel dipilih dengan memakai random sampling dimana sampel dipilih secara acak oleh peneliti.

Data dikumpulkan dengan memakai teknik uji dalam penelitian ini. Teknik tes yakni teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data melalui tes. Peneliti memakai tes pilihan ganda sebagai instrumen. Tes terdiri dari 50 pertanyaan dan mempunyai dua bagian. Tes nomor 1 hingga 25 yakni pertanyaan di mana siswa harus menetapkan arti polisemi kata dalam kalimat (Menafsirkan kata polisemi) dan nomor tes 26 hingga 50 yakni pertanyaan wacana kata polisemi yang telah diputuskan maknanya oleh peneliti kemudian siswa menentukan kalimat yang sesuai dengan polisemi (memutuskan kalimat yang mempunyai polisemi). Sistem evaluasi dalam tes ini yakni pertanyaan bernilai 1 kalau benar dan 0 kalau salah. Mahasiswa diberi 60 menit untuk menjawab pertanyaan. Setelah menuntaskan tes, peneliti mengumpulkan lembar tanggapan siswa dan mengoreksi tanggapan mereka.

Setelah data telah dikumpulkan, peneliti menganalisis data dengan menyesuaikan kelas mereka dengan patokan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami kata berpolisemi dalam kalimat.

HASIL

Setelah data dianalisis, maka didapatkanlah data sebagai berikut :

Nilai
Menafsirkan Polisemi di dalam Kalimat
Menentukan Kalimat yang Berpolisemi
Ukuran Kemampuan Siswa
≥ 75
0
5
Sangat baik
58 – 74
25
34
Baik
42 – 57
29
20
Cukup
25 – 41
6
1
Buruk
< 25
0
0
Sangat Buruk
Nilai rata – rata
53.27
61.33

Kemampuan Siswa
Cukup
Baik

Berdasarkan tabel di atas, sanggup dilihat kemampuan siswa dalam memahami  polisemi dalam hal menentukan kalimat berpolisemi lebih baik daripada kemampuan dalam menafsirkan kata polisemi dalam kalimat.

PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan di atas, kemampuan siswa dalam memahami kata polisemi yakni cukup. Hal ini sanggup terjadi karena. Kata polisemi mempunyai begitu banyak makna yang bisa menciptakan siswa bingung. Berdasarkan data, hanya ada 25 dari 60 siswa atau 41,67% siswa Sekolah Menengah Pertama 16 mendapat nilai bagus. Dalam perkara menafsirkan makna kata polisemi siswa dari Sekolah Menengah Pertama 16 Bandar Lampung yakni dalam kategori wajar. Sementara, dalam perkara menentukan kalimat dengan siswa kata polisemi dari Sekolah Menengah Pertama 16 Bandar Lampung yakni dalam kategori baik.

Jika hasil penelitian ini dihubungkan dengan prinsip-prinsip polisemi kosakata, jadi hasil ini menandakan teori yang menyatakan bahwa kata-kata yang mempunyai banyak makna akan menciptakan pembaca atau pendengar ragu untuk menafsirkan makna. 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti menemukan bahwa hasil siswa dalam memahami kata berpolisemi dalam kalimat yakni 57,3. Ini berarti bahwa keterampilan mereka dalam memahami kata polisemi dalam kalimat yakni cukup. Peneliti memperlihatkan temuan ini kepada guru, terutama guru bahasa sebagai informasi bagi guru dan siswa. Guru harus meningkatkan kualitas pengajaran kata berpolisemi untuk siswa dengan mengatakan banyak latihan atau memakai metode lain yang sesuai. Sementara itu siswa harus meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami kata polisemi sehingga mereka tidak akan menciptakan kesalahan dalam menafsirkan makna dan memakai kata polisemi.

Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan penelitian untuk menemukan metode terbaik dalam mengajar kata polisemi sehingga siswa sanggup berguru secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1994. Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Muslich, Masnur. 1987. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP. Malang: IKIP.
Pateda, Mansoer. 2000. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta
Soedjito. 1990. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung. Angkasa.
Tarigan, H.G. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Posting Komentar untuk "Pengertian Artikel Dan Misalnya Lengkap"