Cerita Dongeng Malin Kundang Dalam Bahasa Indonesia
Cerita Dongeng Malin Kundang dalam Bahasa Indonesia - Kisah Malin Kundang si anak durhaka yang melegenda telah banyak diulas dan diceritakan kembali dari masa ke masa dengan banyak sekali bentuk, cerpen dan juga film. Sampai ketika ini kisah Malin Kundang yang berasal dari Sumeta Barat ini diyakini kebenarannya oleh masyarakat umum yang mana didukung dengan beberapa bukti peninggalan kerikil yang diyakini yakni perwujudan si Malin Kundang yang telah dikutuk oleh ibunya sendiri di pesisir Pantai Air Manis, Padang. Dogeng si Malin Kundang mengandung banyak nilai moral yang sanggup diambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kesempatan ini, Kelas Indonesia akan mengulas kembali kisah wacana Malin Kundang, semoga terhibur.
MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA
Dahulu kala hiduplah keluarga nelayan miskin yang mempunyai satu orang anak lelaki berjulukan Malin Kundang. Kondisi perekonomian menciptakan kehidupan keluarga semakin memprihatinkan. Sehinga Ayah Malin memutuskan untuk merantau dengan impian akan sukses sehingga bisa mengubah kehidupan keluarga dari kemiskinan. Pergilah si Ayah Malin ke negeri seberang untuk mengais rezeki demi kehidupan keluarga yang lebih baik. Dengan berat hati Ibu Malin melepas kepergian suami tercintanya.
Hari berganti minggu, ahad berganti bulan, bulan berganti tahun, ibu dan malin senantiasa menunggu ayah kembali. Namun, sepertiya ayah tak akan pernah kembali. Tak ada satupun kabar yang tiba mengenai ayah. Ibu dan malin sangat sedih, disisi lain kehidupan semakin sulit. Hal tersebut menciptakan Ibu Malin menjadi berpengaruh dan bangun bertekad untuk melanjutkan hidupnya demi Malin. Ibu membesarkan malin seorang diri tanpa suami disisinya yang sanggup menjadi sandaran ketika ia sedang sedih.
Menjadi orang renta tunggal yakni tidak mudah, di satu sisi ia bertugas sebagai seorang ayah mencari nafkah demi kehidupannya dan anaknya, disisi lain ia yakni seorang Ibu yang mengurus dan membesarkan anaknya dengan baik. Malin tumbuh membesar menjadi anak yang cerdas, dan sayang dengan Ibunya. Malin senang sekali bermain di alam bersama teman-temannya. Suatu hari, Malin berlari mengejar seekor ayam, namun ia jatuh tersandung kerikil besar. Sehingga Malin mengalami luka yang cukup parah di lengannya. Luka tersebut sembuh naun meninggalkan bekas yang menetap di lengannya.
Malin sekarang beranjak dewasa. Melihat kehidupan yang sulit di kampung, ia bertekad untuk membantu Ibunya keluar dari kemiskinan dengan merantau ke negeri seberang. Malin membicarakan keinginannya tersebut kepada Ibunya, namun Ibunya menolak. Ibu Malin takut hal yang sama pada ayahnya akan menimpa Malin. Ibu Malin sangat takut kehilangan Malin. Namun, Malin bersikeras membujuk Ibunya supaya mengijinkannya pergi. Keinginan Malin semakin berpengaruh dengan datangnya anjuran seorang nahkda yang tadinya miskin namun sekarang hidupnya menjadi kaya raya sehabis merantau. Malin kian membujuk Ibunya supaya memberi ijin untuk pergi.
Malin kian mendesak ibunya. Akhirnya, dengan berat hati, Ibunya pun memberi ijin kepada Malin. Malin amat senang, ia berjanji bahwa ia akan kembali dan menjadi orang kaya. Ibu Malin mempersiapkan segala bekal yang diharapkan untuk perjalanan Malin. Ibu menngantar kepergian Malin hingga di dermaga. Ibu Malin berpesan padanya, meminta supaya malin tidak melupakannya dan kampung halaman sehabis sukses di negeri seberang. Sambil berlinangan air mata Ibu melepas kepergian Malin. Malin mencium tangan dan kening serta memeluk Ibunya sebelum berangkat. Malin berjanji ia tak akan melupakan pesan Ibunya tersebut.
Semakin lama, kapal yang ditumpangi oleh Malin menjauh dari pandangan Ibunya. Diperjalanan, kapal yang ditumpangi malin diserang bajak laut, semua penumpang yang ada dibunuh. Namun malin berhasil selamat, ia bersembunyi di dalam ruangan kecil. Berhari, hari, main terombang-ambing di lautan. Hingga pada kesannya ia menemukan sebuah darata. Malin sangat bersemangat, dengan sedikit tenaga yang dimilikinya, ia mendorong kayu yang ditumpanginya untuk menepi. Malin berhasil mendarat di sebuah puau yang subur. Ia segera ditolong oleh warga sekitar, malin menceritakan apa yang terjadi padanya ketika diperjalanan. Hingga ada seorang penduduk yang mempersilahkan ia untuk bekerja dengannya.
Advertisement
Kehidupan malin di pulau itu sangat sukses. Malin berhasil mengubah hidupnya, sekarang ia menjadi saudagar kaya berkat kegigihannya. Ia mempunyai banyak kapal dengan lebih dari 100 awak kapal. Kapal yang ia miliki mengirim barang ke banyak tempat. Hingga pada kesannya malin bertemu dengan seorang gadis dari keluarga yang kaya. Akhirnya mereka pun menikah.
Suatu hari Malin dan istriya mengadakan pelayaran. Kesuksesan Malin di negeri seberang terdengar di pendengaran Ibu Malin. Ia sangat besar hati dan bahagia, setiap hari ia pergi menuju dermaga berharap Malin kembali pulang. Pada ketika itu, Malin dan istrinya turun di dermaga kampung halamannya. Malin sedang menceritakan kisah masa lalunya dengan istrinya, Ibunya melihat dari kejauhan berharap itu Malin. Ibunya makin mendekati dua orang saudagar kaya yang dikawal dengan beberapa awak kapal. Setelah makin mendekat, Ibunya sadar kalu itu yakni malin. Seketika saja ibunya memeluk malin.
Ibu: “Malin??? Anakku, kesannya kamu kembali nak. Ibu sudah sangat merindukanmu (sambil memeluk Malin)”
Malin sadar jika itu ibunya.
Istri malin: perempuan renta ini Ibumu???
Karena aib dengan istrinya malin pun mendorong Ibunya supaya melepas pelukannya.
Malin: siapa kau??? Enak saja mengaku-ngaku Ibuku. Wanita renta ini mustahil Ibuku. Ibuku sudah meninggal. Wanita renta ini hanyalah pengemis yang mengingkan uangku.
Perih sangat hati Ibu malin mendengar ucapan Malin, sambil menangis ibunya berkata
Ibu: malin, sadar nak, istigfar,aku ini Ibumu. Jangan kamu jadi anak durhaka nak, malin, anakku.. (ibunya terus menangis)
Malin: Ibuku sudah meninggal, tau apa kamu wacana aku??
Ibu: kamu punya luka dilengan ketika kamu jath bermain, itu masih tertinggal ditanganmu. Malin, anakku, istigfar nak.
Istri malin: kanda, ada apa sebenarnya??? Betulkan perempuan ini yakni Ibumu???
Malin: Tidak dinda, saya tak kenal dengan perempuan renta ini. Mari kita segera pergi sebelum perempuan renta ini makin gila.
Malin dan istrinya pun berbalik, sementara ibu Malin kian menangis, dan memanggil-manggil nama malin hingga emosinya pun memuncak.
Ibu: Malin! Malin! Malin! Anak durhaka Kau. (hati Ibunya sangat perih, tanpa disadari ia mengucap doa untuk Malin), Ya Allah, benarkan itu Malin?? Malin anakku telah durhaka. Jika benar ia Malin anakku, maka ku kutuk kamu jadi batu.
Seketika itu, angin kencang petir bergemuruh, bagai topan yang menerjang tiba memporakporandakan dermaga serta merta kapal malin berantakan. Dan tanpa disadari, si Malin pun bermetamorfosis batu. Ibunya sangat ketakuakan dan juga menyesal akan apa yang telah dilakukan. Seraya berdoa meminta kepada Tuhan untuk mencabut kutukan. Ibunya hanya menganis sepanjang jalan, atas pengalaman yang tak terlupakan.
Nilai moral yang sanggup diambil dari kisah malin kundang ialah sebagai panutan atau pola bagi seorang anak supaya tidak melupakan orangtua, tidak menghardik orang tua. Karena . kita ada di dunia ini berkat orang tua, Ibu,Ibu, Ibu, dan Ayah, senantiasa merawat dan menjaga kita setulus hati tanpa pamrih, pengorbanan mereka tak akan terbayar. Cinta orang renta yakni cinta yang abadi, oleh sebab itu, sayangi kedua orang tua. Mereka tak akan pernah tergantikan
MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA
Dahulu kala hiduplah keluarga nelayan miskin yang mempunyai satu orang anak lelaki berjulukan Malin Kundang. Kondisi perekonomian menciptakan kehidupan keluarga semakin memprihatinkan. Sehinga Ayah Malin memutuskan untuk merantau dengan impian akan sukses sehingga bisa mengubah kehidupan keluarga dari kemiskinan. Pergilah si Ayah Malin ke negeri seberang untuk mengais rezeki demi kehidupan keluarga yang lebih baik. Dengan berat hati Ibu Malin melepas kepergian suami tercintanya.
Hari berganti minggu, ahad berganti bulan, bulan berganti tahun, ibu dan malin senantiasa menunggu ayah kembali. Namun, sepertiya ayah tak akan pernah kembali. Tak ada satupun kabar yang tiba mengenai ayah. Ibu dan malin sangat sedih, disisi lain kehidupan semakin sulit. Hal tersebut menciptakan Ibu Malin menjadi berpengaruh dan bangun bertekad untuk melanjutkan hidupnya demi Malin. Ibu membesarkan malin seorang diri tanpa suami disisinya yang sanggup menjadi sandaran ketika ia sedang sedih.
Menjadi orang renta tunggal yakni tidak mudah, di satu sisi ia bertugas sebagai seorang ayah mencari nafkah demi kehidupannya dan anaknya, disisi lain ia yakni seorang Ibu yang mengurus dan membesarkan anaknya dengan baik. Malin tumbuh membesar menjadi anak yang cerdas, dan sayang dengan Ibunya. Malin senang sekali bermain di alam bersama teman-temannya. Suatu hari, Malin berlari mengejar seekor ayam, namun ia jatuh tersandung kerikil besar. Sehingga Malin mengalami luka yang cukup parah di lengannya. Luka tersebut sembuh naun meninggalkan bekas yang menetap di lengannya.
Malin sekarang beranjak dewasa. Melihat kehidupan yang sulit di kampung, ia bertekad untuk membantu Ibunya keluar dari kemiskinan dengan merantau ke negeri seberang. Malin membicarakan keinginannya tersebut kepada Ibunya, namun Ibunya menolak. Ibu Malin takut hal yang sama pada ayahnya akan menimpa Malin. Ibu Malin sangat takut kehilangan Malin. Namun, Malin bersikeras membujuk Ibunya supaya mengijinkannya pergi. Keinginan Malin semakin berpengaruh dengan datangnya anjuran seorang nahkda yang tadinya miskin namun sekarang hidupnya menjadi kaya raya sehabis merantau. Malin kian membujuk Ibunya supaya memberi ijin untuk pergi.
Malin kian mendesak ibunya. Akhirnya, dengan berat hati, Ibunya pun memberi ijin kepada Malin. Malin amat senang, ia berjanji bahwa ia akan kembali dan menjadi orang kaya. Ibu Malin mempersiapkan segala bekal yang diharapkan untuk perjalanan Malin. Ibu menngantar kepergian Malin hingga di dermaga. Ibu Malin berpesan padanya, meminta supaya malin tidak melupakannya dan kampung halaman sehabis sukses di negeri seberang. Sambil berlinangan air mata Ibu melepas kepergian Malin. Malin mencium tangan dan kening serta memeluk Ibunya sebelum berangkat. Malin berjanji ia tak akan melupakan pesan Ibunya tersebut.
Semakin lama, kapal yang ditumpangi oleh Malin menjauh dari pandangan Ibunya. Diperjalanan, kapal yang ditumpangi malin diserang bajak laut, semua penumpang yang ada dibunuh. Namun malin berhasil selamat, ia bersembunyi di dalam ruangan kecil. Berhari, hari, main terombang-ambing di lautan. Hingga pada kesannya ia menemukan sebuah darata. Malin sangat bersemangat, dengan sedikit tenaga yang dimilikinya, ia mendorong kayu yang ditumpanginya untuk menepi. Malin berhasil mendarat di sebuah puau yang subur. Ia segera ditolong oleh warga sekitar, malin menceritakan apa yang terjadi padanya ketika diperjalanan. Hingga ada seorang penduduk yang mempersilahkan ia untuk bekerja dengannya.
Kehidupan malin di pulau itu sangat sukses. Malin berhasil mengubah hidupnya, sekarang ia menjadi saudagar kaya berkat kegigihannya. Ia mempunyai banyak kapal dengan lebih dari 100 awak kapal. Kapal yang ia miliki mengirim barang ke banyak tempat. Hingga pada kesannya malin bertemu dengan seorang gadis dari keluarga yang kaya. Akhirnya mereka pun menikah.
Suatu hari Malin dan istriya mengadakan pelayaran. Kesuksesan Malin di negeri seberang terdengar di pendengaran Ibu Malin. Ia sangat besar hati dan bahagia, setiap hari ia pergi menuju dermaga berharap Malin kembali pulang. Pada ketika itu, Malin dan istrinya turun di dermaga kampung halamannya. Malin sedang menceritakan kisah masa lalunya dengan istrinya, Ibunya melihat dari kejauhan berharap itu Malin. Ibunya makin mendekati dua orang saudagar kaya yang dikawal dengan beberapa awak kapal. Setelah makin mendekat, Ibunya sadar kalu itu yakni malin. Seketika saja ibunya memeluk malin.
Ibu: “Malin??? Anakku, kesannya kamu kembali nak. Ibu sudah sangat merindukanmu (sambil memeluk Malin)”
Malin sadar jika itu ibunya.
Istri malin: perempuan renta ini Ibumu???
Karena aib dengan istrinya malin pun mendorong Ibunya supaya melepas pelukannya.
Malin: siapa kau??? Enak saja mengaku-ngaku Ibuku. Wanita renta ini mustahil Ibuku. Ibuku sudah meninggal. Wanita renta ini hanyalah pengemis yang mengingkan uangku.
Perih sangat hati Ibu malin mendengar ucapan Malin, sambil menangis ibunya berkata
Ibu: malin, sadar nak, istigfar,aku ini Ibumu. Jangan kamu jadi anak durhaka nak, malin, anakku.. (ibunya terus menangis)
Malin: Ibuku sudah meninggal, tau apa kamu wacana aku??
Ibu: kamu punya luka dilengan ketika kamu jath bermain, itu masih tertinggal ditanganmu. Malin, anakku, istigfar nak.
Istri malin: kanda, ada apa sebenarnya??? Betulkan perempuan ini yakni Ibumu???
Malin: Tidak dinda, saya tak kenal dengan perempuan renta ini. Mari kita segera pergi sebelum perempuan renta ini makin gila.
Malin dan istrinya pun berbalik, sementara ibu Malin kian menangis, dan memanggil-manggil nama malin hingga emosinya pun memuncak.
Ibu: Malin! Malin! Malin! Anak durhaka Kau. (hati Ibunya sangat perih, tanpa disadari ia mengucap doa untuk Malin), Ya Allah, benarkan itu Malin?? Malin anakku telah durhaka. Jika benar ia Malin anakku, maka ku kutuk kamu jadi batu.
Seketika itu, angin kencang petir bergemuruh, bagai topan yang menerjang tiba memporakporandakan dermaga serta merta kapal malin berantakan. Dan tanpa disadari, si Malin pun bermetamorfosis batu. Ibunya sangat ketakuakan dan juga menyesal akan apa yang telah dilakukan. Seraya berdoa meminta kepada Tuhan untuk mencabut kutukan. Ibunya hanya menganis sepanjang jalan, atas pengalaman yang tak terlupakan.
Nilai moral yang sanggup diambil dari kisah malin kundang ialah sebagai panutan atau pola bagi seorang anak supaya tidak melupakan orangtua, tidak menghardik orang tua. Karena . kita ada di dunia ini berkat orang tua, Ibu,Ibu, Ibu, dan Ayah, senantiasa merawat dan menjaga kita setulus hati tanpa pamrih, pengorbanan mereka tak akan terbayar. Cinta orang renta yakni cinta yang abadi, oleh sebab itu, sayangi kedua orang tua. Mereka tak akan pernah tergantikan
Posting Komentar untuk "Cerita Dongeng Malin Kundang Dalam Bahasa Indonesia"