Contoh Cerpen Sudut Pandang Orang Ketiga
Contoh Cerpen Sudut Pandang Orang Ketiga - Mau membaca referensi cerpen yang ditulis memakai sudut pandang orang ketiga? Simak referensi cerpen di bawah ini.
Misteri Hilangnya Nenek Ijah
Pada suatu pagi hari yang cerah, berkumpulah 4 orang sekawan yang berjulukan Toni, Andrew, Siska, dan Husein. Mereka yakni kumpulan pecinta alam yang menamai diri mereka penjaga gunung. Ke empat sahabat tersebut sedang duduk di bawah sebuah pohon dekat lapangan upacar sekolah. Mereka tampaknya sedang membahas wacana rencana mereka yang telah mereka tunda setahun lalu.
“Gimana ? jadikkan kita naik gunung Bromo ahad ini,” tanya Toni kepada mitra – kawannya.
“Mau tidak mau, rencana ini harus kita lakukan, sudah usang kita tidak mengunjungi gunung itu. Aku sudah kangen dengan Nenek Ijah, di sana,” jawab Siska.
Mereka sudah sering pergi ke puncak gunung itu, bahkan mereka juga sudah sangat dekat dengan Nenek Ijah juru kunci gunung tersebut.
Setelah berdiskusi sangat lama, hasilnya keempat sahabat ini baiklah untuk pergi ke gunung Bromo hari ahad besok.
“Apakah kalian sudah membawa barang perlengkapan dan persdiaan,” tanya Andrew.
“Sudah, tapi sayang sekali Husein tidak dapat berangkat dengan kita. Dia menyampaikan bahwa beliau akan menemui kita di puncaj,” kata Toni.
“Yasudah, ayo kita berangkat sebelum hari menjadi gelap,” Siska menimpali.
Kemudian berangkatlah ketiga sahabat ini tanpa Husein. Mereka mendaki gunung Bromo menjelang sore hari untuk menghindari terik matahari yang sangat panas. Siska yang merupakan satu – satunya perempuan di kelompok itu terlihat lincah dan gesit memandu sahabat - temannya. Dengan sigap beliau menerobos alang – alang untuk membuka jalan bagi mitra – kawannya. Siska memang sangat berbeda dengan perempuan lainnya. Dia lebih suka mengotori dirinya daripada berdandan menyerupai kebanyakan perempuan lain.
Sudah berjam - jam mereka mendaki, hari pun semakin gelap. Andrew yang sedari tadi resah akhrinya menyadari sesuatu.
“Hey sahabat – sahabat apa kalian tidak merasa aneh? Sepanjang perjalanan saya tidak mendengar satu ekor burung pun yang berkicau. Padahal tahun kemudian burung – burung masih sangat banyak berkicau di pepohonan,” tanya Andrew heran.
Siska yang berada di barisan depan menghentikan langkahnya. Dia juga mencicipi hal yang sama dengan Andrew.
“Kau benar, saya juga tidak mendengar satu ekor burung pun yang berkicau”
“Kalau begitu ayo kilta lekas menuju rumah Nenek Ijah untuk menanyakan hal ini,” undangan Toni.
Akhirnya mereka bertiga mempercepat langkahnya untuk menemui Nenek Ijah yang tinggal di dekat puncak Bromo. Namun betapa terkejutnya mereka melihat gubuk nenk Ijah sudah porak poranda. Mereka pun tak menemukan seorang pun di sana. Hanya barang – barang Nenek Ijah yang berhamburan di lantai yang terbuat dari tanah. Dengan rasa ingin tau yang memuncak, mereka bertiga menelusuri rumah tersebut untuk menemukan sesuatu yang dapat dijadikan sebuah petunjuk.
“Apa jangan – jangan Nenek Ijah sudah pindah tinggal di bawah ya,” tanya Andrew.
“Tidak mungkin, Nenek Ijah sangat menyayangi gunung ini, bahkan beliau telah menganggap gunung ini sebagai rumahnya,” gubris Toni.
“Hey sahabat – sahabat kemari, saya menemukan sesuatu,” teriak Siska dari belakang rumah Nenek Ijah.
Mereka pun berlari menuju kawasan Siska berada. Ternyata Siska menemukan puntung merokok yang acak-acakan dan bekas peluru yang berhamburan.
“Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan nenek, kita harus menemukannya,” kata Siska.
Andrew yang paling takut di antara mereka berempat mengusulkan untuk segera turun dan melaporkanya kepada polisi hutan yang ada di bawah. Tetapi Toni tidak menyetujui. Dia beropini bahwa hal itu tidak akan sempat, kemudian mereka bertiga tetapkan untuk mencari Nenek Ijah.
Hari telah menjadi semakin gelap, mereka masih menelusuri hutan tersebut. Mereka menerjang alang – alang, memanjat bukit hingga merayap di tanah, tetapi mereka belum menemukan sesuatu. Namun, sesudah berjam – jam menelusuri hutan. Andrew melihat asap api unggun yang membumbung tinggi. Dengan sangat hati – hati mereka mendekati kawasan tersebut. Akhirnya mereka melihat sekumpulan orang yang sedang memegang senjata api. Mereka juga melihat kurungan – kurungan binatang beserta binatang yang ditangkap dan Nenek Ijah yang diikat di sebuah batang pohon.
“Tak salah lagi mereka yakni pemburu liar, ayo kita segera menjauh dari sini,” bisik Andrew dengan ketakutan.
Mereka pun tampaknya menyetujui saran Andrew kali ini. Namun, belum sempat mereka berdiri, tiba – tiba ada dua orang yang menodongkan senjata ke arah mereka. Mereka ternyata telah mengetahui pergerakan Siska dan mitra – kawanny. Toni yang berbadan besar pun mencoba melawan. Dia memukul jatuh senjata yang berada di tangan salah satu pemburu itu. Namun usahanya sia – sia, Siska telah tertangkap, sementara Toni juga tampaknya juga tak dapat melawan pemburu itu. Hanya Andrew saja yang berhasil lolos dan lari menghilang dalam kegelapan.
“Kemana yang satu lagi, kamu bilang ada tiga orang yang mendekati perkemahan kita,?” hardik pemimpin mereka.
“Dia berhasil lolos bos, tetapi hening saja, saya yakin bocah gemuk itu tidak akan selamat dari binatang buas atau terperosok ke jurang sebab beliau meninggalkan tas perlengkapannya,” jawab salah satu dari pemburu itu.
“Yasudah ikat mereka di pohon, kita akan habisi mereka besok pagi,”
Andrew dan Siska pun diikat di sebuah batang pohon yang besar. Mata mereka diikat serta lisan mereka disumpal sehingga tidak dapat mengelurakan bunyi apa pun. Hari sudah semakin malam, kerumunan pemburu yang sedari tadi tertawa kini telah tenang. Siska dan Toni yang diikat di pohon pun semakin pasrah dengan keadaan ini.
Namun sunyi tengah malam waktu itu tiba – tiba terpecahkan dengan bunyi tembakan. Suara itu saling membalas. Siska dan Toni yang mendengar bunyi tersebut pun terbangun dari tidur mereka. Setelah sekitar 15 menit bunyi tembakan tersebut berhenti. Seseorang tiba dan membuka epilog mata mereka. Betapa bahagianya mereka ternyata orang tersebut yakni Husein.
“Kalian hening saja, para polisi hutan telah berhasil melumpuhkan mereka,” Husein menjelaskan.
“Terimakasih, kami tidak tahu nasib kami jikalau kamu tidak datang,” jawab Siska.
“Berterima kasihah kepada Andrew. Dia berhasil menembus hutan yang gelap dan berhasil hingga ke pos polisi hutan di bawah dengan cepat dan melaporkan bencana ini. Dia kini sedang dirawat di bawah,” timpal Husein.
Husein pun melepaskan tali pengikat Nenek Ijah. Wanita renta itu berterimakasih dengan apa yang dilakukan oleh mereka. Berkat mereka dirinya serta binatang – binatang yang ada di hutan ini dapat selamat.
Akhirnya para polisi hutan menangkap mereka dan membawa jenzah ketua pemburu yang mati tertembak. Mereka berempat pun kini bertemu kembali. Andrew memeluk mereka dan bersyukur bahwa tidak terjadi apa – apa dengan sahabatnya.
--END--
Posting Komentar untuk "Contoh Cerpen Sudut Pandang Orang Ketiga"