Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Awal Palestina Dan Israel

Sejarah Palestina dan Israel | Ada peninggalan purbakala yang mengindikasikan insan sudah mendiami wilayah palestina semenjak zaman kerikil lampau kala (500-14.000 tahun SM) sebagaimana yang diidentifikasi oleh Zaman Batu Pertengahan (14.000-8000 tahun SM) bahwa ada sesuatu yang dikategorikan sebagai bentuk kehidupan berperadaban yang sanggup disebut sebagai peradaban an-Nathufiah. Yakni kehidupan ketika bangsa Kan'an hadir dari lazirah Arab (2500 SM) dalam jumlah besar sehingga membuat mereka menjadi penduduk utama di sana. Kemudian mereka mulai membangun kota yang tidak kurang dari 200 kota dan desa di Palestina, ibarat kota-kota Pisan, Alqolan, Aka, al-Khalil, Usdud, Bi'ru Alsaba' dan Betlehem.

Menurut pendapat para jago sejarah yang sanggup dipercaya, secara umum dikuasai penduduk Palestina sekarang, dan khususnya di pedesaan, ialah keturunan kabilah-kabilah bangsa Kan'an, Umuriyah dan Palestina. Kabilah-kabilah Arab mendiami Palestina sebelum dan sehabis perluasan pasukan Islam. Mereka sanggup berasimilasi dan menyatu dengan penduduk lokal alasannya ialah kesatuan agama dan bahasa. Mereka tiruana memeluk Islam dan menjadi bangsa Arab dibawah payung pemerintahan Islam selama rentang waktu 13 abad.

 Ada peninggalan purbakala yang mengindikasikan insan sudah mendiami wilayah palestina s Sejarah Awal Palestina dan Israel

Kehadiran Nabi Ibrahim a.s ke Palestina (sekitar 1900 SM) menjadi tonggak bersejarah bagi terbitnya cahaya tauhid di bumi penuh berkah ini. Nabi ini juga hidup di zaman penguasa al-Quds, Malki Shadiq, yang kelihatannya erat dan berteman dekat dengannya. Nabi Ibrahim a.s, bapak para nabi, memainkan tugas besar dalam penyebaran risalah tauhi dan sepertinya tidak menghadapi banyak rintangan atau halangan berat dari penduduk Palestina. Ia tidak pernah terpaksa harus meninggalkan negeri ini alasannya ialah faktor agama atau seruan dakwahnya. Ia tetap tinggal di sana dengan damai dan meninggalkannya dengan segala kebebasa, kapan saja hal itu ia kehendaki. Sehingga, hasilnya ia dipanggil Allah di kota Madinah yang juga dijuluki dengan al-Khalil (panggilan Nabi Ibrahim).

Nabi Ya'qub mempunyai anak sebanyak 12 orang. Mereka ialah keturunan yang dikenal dengan sebutan Bani Israel (dan Israel ialah julukan buat Nabi Ya'qub a.s). Mereka berhijrah ke Mesir dan bermukim di sana. Namun, apa yang mereka alami ialah kekejaman raja-raja Fir'aun selama berabad-abad. Kemudian Allah Swt mengutus Nabi Musa a.s (abad ke 13 SM) untuk menyelamatkan mereka dari Fir'aun dan pengikutnya. Namun, Bani Israel semenjak ketika itu sudah dicap oleh Allah dengan kehinaan dan kaum yang penakut, maka mereka diwajibkan untuk kembali ke tempat Palestina seraya berkata kepada Musa a.s.

"Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukkan selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah engkau berdua, sesungguhny kami spesialuntuk duduk menanti di sini saja." (Al-Maa'idah:24).

Nabi Musa a.s sudah berpulang ke pangkuan Rabbnya sebelum memasuki negeri Palestina. Di ketika generasi gres dari Bani Israel tumbuh kembali sehabis 40 tahun dari kepetangan, Nabi Yusya'bin Nun a.s memegang kepemimpinan mereka (1190 SM) dengan menyeberangi sungai Jordan dan berhasil membawa bangsa ini pada keberhasilan dalam menguasai tempat cuilan timur bahari Palestina. Dalam masu 150 tahun kemudian, malapetaka, kehidupan chaos, perselisihan, dan dekadensi moral dan agam menyeruak dalam kehidupan bangsa Israel. Kondisi hiruk-pikuk ini tidak berubah sampai datang ketika kehadiran Thalut sebagai raja mereka yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya.

Kehadiran Nabi Daud a.s yang menggantikan Thalut sebagai deklarasi awal bagi zaman gres dengan cahaya Tauhid di negeri yang penuh berkah. Ia dianugerahi Allah kerajaan (1004 SM) yang bisa melebarkan akupnya dengan memerangi kaum-kaum kafir di atas tanah suci. Ia juga berhasil menundukkan kaum ini, kemudian bisa memindahkan ibukotanya ke al-QUds pada tahun 995 SM. Kerajaannya menguasai sebagian besar wilayah pesisir yang belum ditaklukkan.

Kerajaan ini berlanjut sampai 963 SM yang kemudian digantikan oleh anaknya, Sulaiman a.s (963-923 SM). Palestina pada waktu itu benar-benar menyaksikan perkembangan dan kemajuan serta kejayaan yang besar. Allah jadikan angin dan jin tunduk pada kehendak Nabi Sulaiman. Sehingga ia menerima kerajaan yang belum pernah didiberikan kepada siapa pun sebelumnya. Karena itu masa kekuasaan Daud a.s dan Sulaiman a.s ini ialah zaman keemasan di Palestina selama lebih kurang 80 tahun dibawah bendera keyakinan dan tauhid, sebelum hadirnya agama Islam di sana.

Sesudah wafatnya Sulaiman, terpecahlah kerajaannya menjadi dua negeri yang terpisah dan bermusuhan di banyak peluang. maka lahirlah kerajaan "Israel" di utara Palestina (923-721 SM) dan kerajaan "Yahuda" (923-586 SM). Menurut terminologi Ensiklopedia Britanica, kerajaan Israel disebut dengan "kerajaan Boneka". Kerajaan ini semakin lemah dan penguasanya rusak sehingga tamat riwayatnya sehabis dikuasai oleh bangsa Asyuria di bawah komando Raja Sarjun Kedua. Sarjun menghancurkan kerajaan tersebut. Ia mendeportasikan rakyatnya dari Bani Israel ke wilayah Khabur, Kurdistan dan Persia serta mengantikan mereka dengan bangsa Armenia.

Adapun kerajaan "Yahuda" terus berlanjut sampai 586 SM, dengn ibu kotanya yaitu kota al-Quds. Kerajaan ini juga sudah mengalami banyak tanda kelemahan dan terperosok dalam cengkeraman supremasi internal dalam waktu yang panjang. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh Raja Fir'aun Mesir untuk mengalahkan dan memasuki ibu kotanya pada penghujung tahun 10 SM. Bangsa Palestina juga melaksanakan hal yang sama dibawah masa Yahram (849-842 SM) sampai mereka terpaksa membayar jizyah pada orang Asyuria. Kemudian hasilnya kerajaan "Yahuda" jatuh di tangan orang-orang Babilonia dibawah pimpinan Nabukazneder yang menghancurkan al-Quds, meratakan sinagog (al-haikal) dan membantai lebih kurang 40 ribu bangsa Yahudi. melaluiataubersamaini demikian, runtuhlah kerajaan mereka pada tahun 586 SM.

Kerajaan Bani Israel spesialuntuk berkuasa tidak lebih dari 4 era yang spesialuntuk memerintah di sebagian kecil wilayahnya, dengan pemerintahan yang secara umum lemah dan terpecah-pecah. Juga terkadang tersubordinasi di bawah supremasi dan superioritas negara-negara sekitarnya yang lebih kuat. Sementara itu, anak bangsa Palestina yang terdiri dari keturunan Kan'an dan lainnya tetap berdominasi di kediaman mereka dan tidak berhijrah atau meninggalkan negeri ini.

Kaisar Persia, Qursy memperkenankan bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina. Kemudian hadirlah sebagian kecil dari mereka dan memulai hidup bersandingan dengan bangsa Palestina. Wilayah al-Quds memperoleh otonomi di bawah pemerintahan Persia yang berlanjut dari tahun 539-332 SM. Sesudah itu, negeri ini berada di bawah kekuasaan Helenisme Yunani di bawah "Paranormal Agung", sehingga, Yahudi sanggup mewujudkan otonomi semenjak tahun 164 SM. Yang terkadang bisa untuk meluaskan pengaruhnya dan terkadang juga menyempit Indikasi-indikasi independensinya bertambah dan berkurang bergantung pada konflik kekuatan-kekuatan besar ketika itu di Palestina (Romawi, Ptelomius dan Saluki).

Romawi berhasil menguasai Palestina pada tahun 63 SM. Palestina berada di bawah kekuasaannya secara eksklusif dari tahun 6 M yang menghilangkan pemerintahan otonomi yang dinikmati oleh Yahudi di wilayah al-Quds. Hal ini yang membuat bangsa Yahudi memberontak (66-70 M) tapi komandan militer Romawi, Titus berhasil mematahkan pemberontakan mereka dan menghancurkan sinagog. Kemudian bangsa Yahudi kembali memberontak dan yang terakhir terjadi tahun 132-135 M. Tetapi, pemimpin Romawi Julius Cyprus mengokupasi al-Quds dan memporakporandakannya. Diatas puing kota ini, Kaisar Romawi, Hedrian I membangun kota gres yang dinamakan dengan Elia Capitolina yang kemudian dikenal belakangan dengan nama Elya, yaitu nama Hedrian I.

Bangsa Yahudi dihentikan memasuki kota al-QUds selama 200 tahun kemudian. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 era diberikutnya. Sementara itu, penduduk pribumi dari keturunan Kan'an dan mereka yang berasimilasi dengan mereka dari kabilah-kabilah arab tetap infinit di sana jauh sebelum kehadiran Bani Israel. Mereka tetap berkelangsungan hidup sehabis kehengkangan bangsa yahudi sampai ketika kini ini.

Latar Belakang Persoalan Palestina dalam Sejarah

sepertiyang sudah kita singgung sebelumnya, bangsa Yahudi sudah kehingan kontak secara simpel dengan Palestina selama 800 tahun. Mereka tidak mempunyai sesuatu kecuali naluri agamis dimana para tokoh, rabbi dan pemimpin mereka menolak untuk mengubahnya menjadi kegiatan konkret. Hal ini dikarenakan ada keyakinan bahwa negara mereka berhak untuk dihancurkan tersebar dalam diaspora alasannya ialah kesalahan yang mereka lakukan. Mereka spesialuntuklah menunggu Almasih sebagai penyelamat bagi mereka, "Masia" atau "Mesiah". Dalam kondisi ini mereka diperbolehkan untuk tinggal di Palestina dan membangun kehidupan mereka.

Sejumlah variabel signifikan terjadi dalam sejarah Eropa Modern yang terefleksi dalam kiprahnya pada bangsa Yahudi dan membangun proyek mereka. Sejak era ke 16 SM lahirlah pergerakan reformasi agama "Gerakan Protestan" yang mengonsenstrasikan pada persoal keyakinan pada perjanjian lam "Taurat". Pergerakan ini memandang bahwa bangsa Yahudi menurut konsepsi Taurat bahwa mereka ialah penduduk Palestina yang terdiaspora diatas bumi.

Pergerakan ini berkeyakinan bahwa bangsa Yahudi akan berkumpul kembali di Palestina untuk menyongsong kehadiran Nabi Isa a.s yang ditunggu-tunggu yang akan menasranikan mereka. Sesudah itu akan lahir zaman yang berlanjut sekitar 1000 tahun dengan kondisi hidup yang penuh kebahagiaan. Pengikut gereja-gereja Protestan sudah menjadi penduduk secara umum dikuasai di Amerika, Inggris, Belanda, dan setenga dari populasi Jerman. melaluiataubersamaini demikian, muncullah "Zionisme non Yahudi" secara khusus bersemi di tengah masyarakat pemeluk Protestan yang mendukung proyek zionis dengan latar belakang agama.

Pada sisi lain, bahwasanya Eropa khususnya di era ke-19 sudah menyaksikan perubahan-perubahan politis substansial. Sejak Revolusi Prancis terhadap pemerintahan monarki tahun 1789, terbentuklah negara Eropa modern. Tersebarlah konsepsi nasionalis dan keinginan-keinginan nasional. Kemudian terbentuklah sistem sekularis yang memisahkan agama dari negara, dan peranan gereja termarjainalkan. Yahudi sudah berhasil "dibebaskan", dengan dipenuhinya seluruh hak-hak kewargguagaraan mereka, secara khusus di Eropa Barat. Hal ini yang kemudian mempergampang Yahudi untuk menyusup dalam komunitas dan sistem ini. Juga mempromosikan diri pada posisi politis, irit dan sosial yang strategis sehingga bisa mewujudkan keinginan untuk membangun hegemoni dalam siklus politis, irit dan media.

Selain itu, negara dan keinginan-keinginan nasionalistik di Rusia, Eropa Timur yang menjadi tempat berdomisilinya secara umum dikuasai Yahudi di dunia sudah bergerak kearah yang lain. Karena Yahudi berjuang keras menentang asimilasi dan modernisasi Rusia yang terlkenal dengan superioritas, kejam dan teror. Hal ini yang mendorong Yahudi untuk berpartisipasi dengan pemerintahan kaisar Rusia. Pecahlah antagonisme terhadap Yahudi secara telanjang pasca terbunuhnya kaisar Rusia, Alexander II tahun 1881 dan yang tertuduh adlah Yahudi. Dari sini mulai muncul gelombang tindakan-tindakan keras dan kejam terhadap Yahudi yang disebut dengan "anti-Semitism" artinya permusahan terhadap Yahudi yang berasal dari unsur Semit.

Kampanye ini menimbulkan lahirnya apa yang disebut dengan "persoalan Yahudi", alasannya ialah jutaan Yahudi di Rusia berusaha mencari peluang untuk selamat dari duduk kasus yang dihadapi dan mulailah eksodus besar-bemasukan Yahud ke Eropa Barat, Amerika Utara dan selatan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pergerakan Zionis untuk tampil dan berkampanye mencari solusi problema Yahudi dengan mendirikan entitas kondusif dan independen di Palestina. Kebanyakan bangsa Eropa dan Amerika bersimpati dan solider serta mendukung seruan ini, baik alasannya ialah sisi dasar agamanya maupun untuk menghindari beban kehadiran eksodus Yahudi ke wilayah negeri mereka.

Lemahnya negara Utsmaniyah, di mana Palestina berada di bawah pemerintahannya (1516-1917), berperan dalam keberhasilan proyek Zionis tersebut. Negara-negara Barat berupaya dengan segala upaya untuk membuat satu kondisi yang mendukung proyek Zionis ini. Maka pada konferensi London (1905-1907) muncul gagasan untuk mendirikan "negara tirai" di wilayah Palestina. Mereka yang hadir dalam konferensi mengajukan rekomendasi mereka kepada Perdana Menteri Inggris waktu itu, Campbell Weizmein untuk mendirikan entitas yang menjadi tirai humanis berpengaruh dan abnormal di wilayah timur Laut Tengah yang sanggup menjadi kekuatan antagonis bagi bangsa di wilayah tersebut, yang pada ketika bersamaan sebagai negara sekutu Eropa yang andal. Sebaik-baik pelaksana proyek ini ialah Yahudi.

Proyek Barat dalam realisasi konsepsi negara tirai bertujuan untuk menanam entitas abnormal di jantung dunia Islam. Juga untuk memutus Islam dari akup Asia dan Afrikanya, mengaborsi kesatuan, serta menjamin kelemahan dan keretakan umat Islam. Karena, eksistensi negara tirai ini erat korelasi dengan target-target kolonial tersebut. Pada langkah diberikutnya, entitas ini akan berupaya untuk memukul setiap perkembangan kultural yang berpengaruh di wilayah ini, serta menyibukkan dunia Islam dengan duduk kasus dan konflik berkepantidakboleh yang akan menguras setiap energi. Juga meabadikan wilayah ini dalam subordinasi, mobilisasi, kelemahan dan dependen kepada negara Barat dan negara-negara Besar.

sepertiyang entitas ini akan selalu bergantung pada menolongan Barat untuk menjamin kelangsungannya, maka Barat juga meminta Zionis untuk menjamin kelemahan, perpecahan dan ketergantungan dunia Islam. Dari simbiosis mutual ini akan terlin koalisi dan komplotan yang berpengaruh antara Yahudi dan Barat Salibis yang susah untuk diceraikan. Dari sini tersirat signifikansi duduk kasus yang harus dipahami benar oleh umat Islam bahwa proyek yang dibidikan ke setiap muslim dan aspirasi-aspirasinya untuk bersatu, bangun dan maju tidak spesialuntuk ditujukan untuk bangsa Palestina sendiri.

Bangsa Barat sudah usang mengalami konflik yang berkepantidakboleh dengan umat Islam selama berabad-abad di mana kaum muslimin lebih unggul selama 11 abad. Setiap kali negara Islam sanggup ditundukkan, maka lahir kembali negara Islam gres yang lebih dinamis dari umat ini yang memelihara martabat dan kehormatannya, ibarat negara-negara Arrasyidin, Umawi, Abasi, dan Mamalik. Orang-orang Utsmaniyah yang hadir sehabis Mamalik sanggup berhasil menaklukkan Eropa Timur. Juga sanggup menyatukan negara-negara Arab di bawah satu panji yang membentuk benteng kokoh tak tergoyahkan selama berabad-abad. Namun kelemahan negara Utsmaniyah secara khusus pada era ke-19 dan awal era ke-20, menimbulkan orang-orang Eropa memikirkan cara lain yang menjamin kemandulan dunia Islam. Sehingga, posisi Utsmaniya tidak akan melahirkan negara Islam gres yang membangkitkan dinamika dan revivalisme. Maka solusinya ialah mewujudkan ide negara Tirai (negara Zionis).

Palestina: sejarah, perkembangan dan konspirasi By Muhsin Muhammad Saleh 

Posting Komentar untuk "Sejarah Awal Palestina Dan Israel"