Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Dunia: Dongeng Pangeran Kodok

Pernah dengar dongeng ihwal Pangeran Kodok dan Putri Bungsu? Bagus kok ceritanya. Ini merupakan salah satu dongeng dunia yang sangat terkenal. Ada pesan yang tersirat dibalik dongeng ini yang sanggup diambil jadi pelajaran. Yaitu, janji yakni hutang yang harus dilunasi dan, seseorang dengan rupa yang jelek sanggup saja merupakan orang yang berhati budiman. Dongeng ini mungkin, sanggup diceritakan kepada belum dewasa saat mau berangkat tidur. Mau tau bagaimana ceritanya? Ayo kita simak.

Pada jaman dahulu di sebuah kerajaan, tingallah seorang putri yang sangat anggun parasnya. Ia tinggal bersama ayahandanya yang sangat bijaksana. Pun demikian dengan ibunya sang permaisuri. Putri sangat suka bermain bola. Ia memiliki sebuah bola kesayangan yang berwarna keemasan. Hampir setiap hari sang putri bermain-main dengan bola emasnya itu.

Pada suatu pagi, pergilah sang putri bermain bola di pinggir sebuah danau jernih yang ada di akrab istana. Ia melempar bola, menangkap, dan menggelindingkannya di tanah. Tak bosan-bosan ia bermain bola. Tetapi pada suatu kali lemparan, bola itu menggelinding dan masuk ke dalam danau.

Putri segera berlari dan melihat bola emasnya karam perlahan. Danau itu airnya sangat jernih tetapi sangat dalam. Ia sanggup melihat bola emasnya dari pinggir danau. Tetapi ia tak sanggup berenang apalagi menyelam mengambil bola kesayangannya itu. Ia sendirian. Tak ada siapa-siapa yang sanggup menolongnya untuk mengambil bola emas.
 Ini merupakan salah satu dongeng dunia yang sangat populer Cerita Dunia: Dongeng Pangeran Kodok
dan bola emas itu jatuh ke dalam danau

Lamat-lamat, putri mulai terisak. Ia menangis. Ingin putri meraih bola yang tampak berkilauan dari dasar danau. Pipinya yang putih kemerahan telah lembap dengan air mata.

“Huuu..uuuu.uuuuuuu.....”, isaknya.

“Mengapa menangis Tuan Putri? Lihatlah, gaunmu yang indah kotor terkena lumpur. Mengapa engkau menangis dan berjongkok di pinggir danau ini seorang diri?” Tiba-tiba terdengar suara, entah dari mana asalnya. Mungkin tiba dari rerimbunan semak yang ada di pinggir danau.

Putri kaget. Ia mencoba mencari-cari siapa orang yang telah menegurnya itu. Tetapi ia tak menemukannya. Hanya seekor kodok besar berwarna hijau dengan kulitnya yang berbenjol-benjol dan berlendir yang ada di sana.

“Siapa yang tadi berbicara? Kau kah kodok hijau besar? Mungkinkah kau sanggup berbicara layaknya seorang manusia?”, tanya Putri penuh selidik.

Kodok hijau besar mengerjap-ngerjapkan matanya yang hitam besar. Terdengar lagi bunyi itu. Suara seorang laki-laki, dan verbal kodok hijau juga tampak bergerak-gerak. “Ya Tuan Putri, sayalah yang berbicara dengan Tuan Putri. Saya kodok hijau besar yang jelek rupa ini.”

Terbengong-bengonglah Putri menemukan kodok itu terpelajar berbicara menyerupai manusia. Tetapi sehabis habis kebingungannya, muncullah pandangan gres dari Putri. Ia berkata kepada Kodok Hijau Besar. “Mau kah kau menolongku, wahai Kodok Hijau Besar? Bola emas kesayanganku jatuh ke dalam danau. Airnya jernih tetapi sangat dalam. Aku tidak sanggup berenang dan menyelam untuk mengambilnya. Maukah kau menolongku?”

Kodok Hijau Besar mengerjap-ngerjapkan matanya yang hitam. Ia melompat mendekati Putri. Kini Kodok Hijau Besar akrab sekali dengan kaki Putri. Jijik juga Putri melihat kodok itu. Ia mundur selangkah.

Kodok Hijau Besar lalu menyahut.
“Bila saya mau mengambilkan bola emas kesayanganmu, apa hadiahmu untukku?”

“Oh, saya akan berikan apapun keinginanmu. Apapun, wahai Kodok Hijau Besar.”
“Benarkah? Bagaimana kalau saya ingin ikut makan malam bersamamu, di meja makanmu, wahai Tuan Putri?” Tanya Kodok Hijau Besar kepada Putri.
“Boleh. Tentu boleh.”
“Dan... bolehkah saya tidur di kamarmu, bersamamu, wahai Tuan Putri?” Tanya Kodok Hijau Besar lagi.
“Boleh... Sangat boleh, wahai Kodok Hijau Besar yang baik hati,” kata Putri lagi.

Kemudian Kodok Hijau Besar melompat ke dalam air danau. Ia menyelam dan mengambil bola emas dan menyerahkannya untuk Putri. Gadis itu sangat girang. Ia lalu mengucapkan selamat tinggal kepada Kodok Hijau Besar. Dan Kodok Hijau Besar mengingatkan Putri bahwa nanti malam ia akan ikut makan malam dan tidur bersama Putri.

Putri mengiyakan dan segera berlari-lari pulang sambil bersenandung riang.

***

Malam itu, Putri bersantap bersama Sang Raja dan Permaisuri. Ketika sedang asik menikmati hidangan, terdengarlah bunyi ketukan di pintu.

“Tok...tok...tok.........tok.”
Raja segera memerintahkan pengawal untuk membukakan pintu. Pengawal mulanya menyangka orang yang mengetuk pintu itu telah pergi. Ia tak melihat ada siapapun di depan pintu hingga matanya tertuju ke lantai. Dilihatnya seekor kodok hijau besar ada di lantai. Dialah yang telah mengetuk pintu. Ternyata Kodok Hijau Besar ingin menagih janjinya kepada Putri.

“Wahai Pengawal yang budiman, ijinkan saya masuk. Tuan Putri berjanji akan memperbolehkan saya makan malam bersama dan tidur di kamarnya malam ini alasannya yakni saya telah membantunya mengambil bola emas di dasar danau.”

Pengawal lalu melapor kepada Raja. Mendengar laporan Pengawal, Putri terkejut. Ia keberatan. Ia akan merasa jijik kalau Kodok Besar Hijau makan di meja bersamanya dan nanti tidur di kamarnya. Tetapi Sang Raja dan Permaisuri yang bijaksana meminta Putri untuk membayar janjinya.

“Pengawal, ajak Kodok Hijau Besar masuk. Biarkan ia makan malam bersama kami. Dan biarkan nanti ia tidur bersama Putri di kamarnya. Putri harus memenuhi komitmen yang telah diucapkannya.” Demikian kata Sang Raja.

Putri tak sanggup berkata apa-apa lagi. Pengawal beranjak mengajak Kodok Hijau Besar masuk.

Kodok Hijau Besar lalu naik ke atas meja, dan ikut makan bersama Sang Raja, Permaisuri dan Putri. Ia makan dengan lahap. Putri jijik melihatnya.

Selesai makan malam. Raja dan Permaisuri lalu berpesan kepada Putri untuk memenuhi janjinya yang kedua, yaitu membolehkan Kodok Hijau Besar tidur bersamanya.

***

Kodok Hijau Besar lalu masuk gotong royong Putri ke dalam kamar. Putri sangat jijik. Kodok Hijau Besar melompat-lompat dan naik ke daerah tidur. Sang Putri dengan cepat memegang ujung kaki Kodok Hijau Besar dengan berlapis sapu tangan. Dilemparkannya Kodok Hijau Besar dari daerah tidurnya.

Tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi. Kodok Hijau Besar seketika menjelma seorang perjaka yang sangat tampan. Bajunya sangat indah. Jelaslah bahwa ia seorang pangeran.

Putri sangat kaget. Tetapi Sang Pangeran justru berterima kasih kepada Putri.
“Maafkanlah saya, wahai Tuan Putri. Saya bekerjsama yakni seorang pangerah yang dikutuk seorang penyihir jahat. Memang harus beginilah caranya supaya saya terbebas dari kutukan itu. Dan engkau memang sudah ditakdirkan menjadi jodohku,” kata Sang Pangeran.

Putri pun meminta maaf dikarenakan telah berlaku berangasan dan mencoba mengelak dari janjinya.

***

Akhirnya Sang Raja menikahkan Putri dengan Pangeran. Ketika upacara ijab kabul selesai, datanglah sebuah kereta kecana yang gemerlapan menjemput kedua mempelai. Pangeran memohon ijin kepada Sang Raja untuk memboyong Putri ke istananya. Dan Raja pun mengijinkannya. Mereka lalu hidup senang selama-lamanya.

Dongeng ini disesuaikan dari Cerita Pangeran Kodok dan Putri Bungsu karya Jacob dan Wilhelm Grimm (Grimm Bersaudara 1785 - 1863, dari Jerman).
Sumber http://novehasanah.blogspot.com/

Posting Komentar untuk "Cerita Dunia: Dongeng Pangeran Kodok"