Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya|Kerajaan Majapahit ialah Kerajaan Terbesar dalam kebemasukan juga mempunyai faktor-faktor keruntuhan atau penyebab dalam kehancuran kerajaan majapahit yang hingga kini tidak ada lagi yang tersisa spesialuntuk peninggalan-peningalan yang sifatnya benda.Sejarah kerajaan Majapahit dimulai Pada ketika Kerajaan Singasari diserbu dari arah selatan. Raden Wijaya sedang memimpin tentaranya bersama Ardharaja menghalau musuh di penggalan utara. Sesudah mendengar diberita bahwa Kerajaan Singasari sudah jatuh. bahkan Raja Kertguagara gugur, Raden Wijaya menuju Sumenep (Madura) meminta pinjaman kepada Arya Wiraraja. Di Madura, Raden Wijaya menyusun taktik dan seni administrasi untuk merebut kembali takhta Kerajaan Singasari yang sudah diduduki Jayakatwang dan Kediri.
Artikel Terkait: Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
Atas masukan dan jaminan Arya Wiraraja, Raden Wijaya mengabdikan diri kepada Jayakatwang dan menerima tanah di Desa Tarik di Delta Sungai Brantas. Dalam waktu singkat, Desa Tarik cepat berkembang makin ramai. Penduduk dari kawasan sekitarnya mulai berhadiran di Desa Tarik. Raden Wijaya segera menghimpun mereka itu terutama kaum mudanya. Mereka dilatih menjadi prajurit yang gagah berani dan persenjataan pun ditambah. Makin hari makin mantap persiapannya. Desa Tarik kemudian populer dengan nama Majapahit. Di Madura, Arya Wiraraja pun berkemas-kemas dengan prajuritnya untuk hadir memmenolong ke Majapahit.
Sementara itu, tentara Kubhilai Khan di bawah pimpinan Shihpie, Iheh-mi-shih, dan Kau Hsing hadir untuk menghukum Kertguagara. Raden Wijaya bergabung dengan tentara Cina. Serangannya diarahkan ke Kediri alasannya ialah tentara abnormal itu tidak mengetahui bahwa sudah terjadi perubahan besar di Jawa Timur. Jayakatwang yang tidak memperkirakan adanya serbuan yang tiba-tiba itu, tidak kuasa membendung serbuan tentara Mongol- Majapahit sehingga hancurlah pertahanan Kediri. Kediri jatuh, Raja Jayakatwang tertangkap dan dibawa ke benteng pertahanan tentara Mongol di Ujung Galuh. Di Ujung Galuh, Jayakatwang dibunuh oleh tentara Mongol. Sesudah Raden Wijaya dengan menolongan tentara Kubhilai Khan sanggup mengalahkan Jayakatwang, ia segera menghantam tentara abnormal itu. Serangan mendadak yang tidak terduga sebelumnya itu memaksa tentara Kubhilai Khan meninggalkan Jawa Timur dengan sejumlah besar korban.
Artikel Terkait: Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
Atas masukan dan jaminan Arya Wiraraja, Raden Wijaya mengabdikan diri kepada Jayakatwang dan menerima tanah di Desa Tarik di Delta Sungai Brantas. Dalam waktu singkat, Desa Tarik cepat berkembang makin ramai. Penduduk dari kawasan sekitarnya mulai berhadiran di Desa Tarik. Raden Wijaya segera menghimpun mereka itu terutama kaum mudanya. Mereka dilatih menjadi prajurit yang gagah berani dan persenjataan pun ditambah. Makin hari makin mantap persiapannya. Desa Tarik kemudian populer dengan nama Majapahit. Di Madura, Arya Wiraraja pun berkemas-kemas dengan prajuritnya untuk hadir memmenolong ke Majapahit.
Sementara itu, tentara Kubhilai Khan di bawah pimpinan Shihpie, Iheh-mi-shih, dan Kau Hsing hadir untuk menghukum Kertguagara. Raden Wijaya bergabung dengan tentara Cina. Serangannya diarahkan ke Kediri alasannya ialah tentara abnormal itu tidak mengetahui bahwa sudah terjadi perubahan besar di Jawa Timur. Jayakatwang yang tidak memperkirakan adanya serbuan yang tiba-tiba itu, tidak kuasa membendung serbuan tentara Mongol- Majapahit sehingga hancurlah pertahanan Kediri. Kediri jatuh, Raja Jayakatwang tertangkap dan dibawa ke benteng pertahanan tentara Mongol di Ujung Galuh. Di Ujung Galuh, Jayakatwang dibunuh oleh tentara Mongol. Sesudah Raden Wijaya dengan menolongan tentara Kubhilai Khan sanggup mengalahkan Jayakatwang, ia segera menghantam tentara abnormal itu. Serangan mendadak yang tidak terduga sebelumnya itu memaksa tentara Kubhilai Khan meninggalkan Jawa Timur dengan sejumlah besar korban.
a. Sejarah Kerajaan Majaphit Pada Masa Raden Wijaya
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit pada tahun 1293 M dengan gelar Kertarajasa. Para teman dekatnya yang ikut berjuang tidak disia-siakan. Mereka diangkat menjadi pejabat negara. Arya Wiraraja yang paling besar jasanya, kawasan kekuasaannya diperluas hingga Lumajang dan Blambangan. Nambi diangkat menjadi rakyan mahapatih, Sora sebagai patih di Daha, dan Rangga Lawe menjadi amanca nagara di Tuban. Namun, para teman bersahabat Raden Wijaya merasa pertolongan kekuasaan itu tidak adil sehingga muncul beberapa pemberontakan. Pemberontakan pertama meletus pada tahun 1295 yang dilakukan Rangga Lawe. Pemberontakan itu kemudian disusul dengan Pemberontakan Sora dan Nambi. Semua pemberontakan itu sanggup dipadamkan. Kedudukan Raden Wijaya cukup berpengaruh lantaran ia berkeluargai empat putri Kertguagara, yaitu Tribhuwana putri tertua, Gayatri putri termuda, sedang yang lain ialah Nalendra Duhita dan Pradnya Paramita. Sementara itu, kehadiran kembali tentara Kediri dari Pamalayu di bawah pimpinan Kebo Anabrang dan bersedia tunduk pada Majapahit sanggup lebih kedudukan Raden Wijaya. Dara Petak yang ikut dalam rombongan tersebut dinikahi Raden Wijaya, sedangkan Dara Jingga berkeluarga dengan salah seorang pangeran dan Majapahit. Perkawinan politik tersebut sebagai putri taklukan, akibatnya sanggup meneruskan kekuasaan Majapahit dari Singasari yang sudah dirintis oleh Kertguagara di Sumatra. Dari pernikahannya dengan Dara Petak, Raden Wijaya mempunyai putra yang berjulukan Kalagemet. Sementara itu, perkawinannya dengan Gayatri mempunyai dua orang putri, yaitu Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan) dan Pajadewi Maharajasa (Bhre Daha). Keturunan dan Gayatri inilah yang nanti akan melahirkan raja-raja di Majapahit.
Kertarajasa dalam melaksanakan pemerintahan, dimenolong oleh lima orang menteri. Kelima menteri tersebut masing-masing berpangkat rakyan i hino, rakya i halu, rakyan i sirikan, rakyan ranggah, dan rakyan tumenggung. Pada tahun 1309, Kertarajasa mangkat dan didharmakan di Candi Syiwa (di Simping) dan dalam Candi Buddha di Antahputa (di kota Majapahit) dengan arca perwujudannya berbentuk Harihara (Penjelmaan Wisnu dan Syiwa). Sementara itu, Tribhuwana sebagai prameswarinya didharmakan di Candi Rimbi.
b. Sejarah Kerajaan Majapahit Pada Masa Jayguagara
Sesudah Raja Kertarajasa mangkat pada tahun 1309, kedudukannya sebagai Raja Majapahit digantikan oleh putranya, Kalagemet. Sesudah menjadi Raja Majapahit, Kalagemet bergelar Sri Jayguagara. Sebelumnya, Kalagemet sudah diangkat sebagai raja muda (kumararaja) ketika ayahnya masih hidup (1296). Jayguagara sangat tidak sama dengan ayahnya. Jayguagara ialah raja yang lemah. Pemerintahannya banyak menemui kesusahan. terutama disebabkan oleh pemberontakan yang justru dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya setia kepada Raja Kertarajasa. Pemberontakan itu muncul lantaran orang-orang yang setia kepada Kertarajasa merasa diperlakukan tidak adil oleh Raja Jayguagara.
Pada masa pemerintahan Jayguagara muncul pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa pengikut Nambi, Pemberontakan Kuti dan Pemberontakan Semi. Kuti dan Semi ialah dua orang Dharmaputra Kerajaan Majapahit (jabatan setingkat patih yang seluruhnya berjumlah tujuh orang). Berbagai pemberontakan tersebut sanggup dihancurkan oleh pasukan Majapahit. Hanya Pemberontakan Kuti (1319) yang hampir meruntuhkan Majapahit alasannya ialah para pemberontak sudah menduduki ibu kota Kerajaan Majapahit dan Jayguagara sendiri sudah menyingkir ke Bedander. Penyelamat Jayguagara ialah pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Gajah Mada menganjurkan dan mengajak rakyat untuk menumpas Pemberontakan Kuti dan Pemberontakan Semi. Atas menolongan Gajah Mada, ibu kota Kerajaan Majapahit sanggup direbut kembali dan Jayguagara duduk kembali di singgasana Majapahit. Atas jasa-jasanya kepada Majapahit, Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan dan pada tahun 1321 diangkat sebagai patih di Daha menggantikan Arya Tilam. Banyaknya pemberontakan yang terjadi menawarkan bahwa pada masa pemerintahan Jayguagara banyak orang yang tidak bahagia kepada raja.
Adapun beberapa penyebab terjadinya pemberontakan itu ialah sebagai diberikut.
1) Jayguagara seorang raja yang tidak cakap menyerupai ayahnya, Raden Wijaya.
2) Rakyat tidak bahagia terhadap pemerintahan Jayguagara lantaran ia keturunan abnormal (Ibu Jayguagara, Dara Petak berasal dan Me1ayu)
3) Banyak hasutan yang selalu dilakukan oleh Patih Kerajaan Majapahit yang berjulukan Mahapati terhadap para perwira untuk menentang raja.
Pada tahun 1328, Jayguagara terbunuh oleh Tabib Tanca. Gajah Mada segera menumpas pemberontakan dan Tanca berhasil dibunuh. Jenazah Jayguagara diperabukan di dalam pura, di Sila Petak dan di Bubat. Ketiganya dengan Arca Wisnu sebagai perwujudannya dan di Sukhalila dengan Arca Amoghasiddhi.
c. Sejarah Kerajaan Majaphit Pada Masa Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani
Raja Jayguagara tidak berputra sehingga sepeninggalnya pada tahun 1328 M, takhta Kerajaan Majapahit digantikan oleh adik wanita dari ibu yang tidak sama (Gayatri), yaitu Bhre Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi raja dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Tribhuwanatunggadewi memerintah dimenolong oleh suaminya yang berjulukan Kertawardhana dan Bhre
Singasari. Selain itu, Tribhuwanatunggadewi juga dimenolong oleh Patih Gajah Mada sehingga pemerintahan sanggup berjalan lancar meskipun masih banyak terjadi pemberontakan. Dalam kitab Negarakertagama sanggup diketahui bahwa dalam masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi sudah terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331 M. Pemberontakan tersebut sanggup dipadamkan oleh pasukan Gajah Mada. Karena keberhasilannya menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta tersebut, Gajah Mada naik pangkat lagi dari Patih Daha menjadi Mahapatih Majapahit menggantikan Pu Naga. Dalam kitab Pararaton dapat diketahui bahwa sehabis insiden di Sadeng dan Keta, Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah di hadapan raja dan para pembesar Kerajaan Majapahit. Gajah Mada bersumpah tidak akan amukti palapa sebelum berhasil menyatukan Indonesia di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah Gajah Mada itu populer dengan nama Sumpah Palapa.
Usaha pertama Gajah Mada untuk menyatukan Indonesia dilakukan pada tahun 1343 Masehi. Pada tahun itu, Gajah Mada mengadakan serangan ke Bali. Serangan itu dipimpin sendiri oleh Gajah Mada bersama dengan Adiryawarman, putra Majapahit keturunan Melayu. Dalam serangan itu, Bali berhasil dikalahkan. Sesudah Bali sanggup dikalahkan, daerah-daerah lain di bawah kekuasaan Bali juga sanggup ditaklukkan, menyerupai Lombok, sebagian Sumbawa, dan Bone di Sulawesi Selatan. Adityawarman kemudian diangkat sebagai penguasa di Melayu. Di Majapahit, Adityawarman sebelumnya menjabat weddhamantri dengan gelar Arya Dewaraja pu Aditya. Agar legalisasi kekuasaan Majapahit di Sumatera itu abadi, Adityawarman diangkat menjadi raja di Melayu menggantikan Mauliwarmadewa (1343). Adityawarman segera menata kembali struktur pemerintahan dan meluaskan kawasan kekuasaannya hingga ke Pagaruyung—Minangkabau. melaluiataubersamaini demikian, berarti Kerajaan Melayu beserta kawasan kekuasaannya bernaung dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1350 Tribhuwanatunggadewi menyerahkan kekuasaan atas Kerajaan Majapahit kepada anaknya yang benama Hayam Wuruk. Hayam Wuruk lahir pada tahun 1334 sehingga pada waktu berkuasa di Kerajaan Majapahit gres bèrusia 16 tahun.
d. Sejarah Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Pada tahun 1350 Putra Mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi Raja Majapahit dengan bergelar Sri Rajasguagara. Ketika ibunya, Tribhuwanatunggadewi, masih memerintah, Hayam Wuruk sudah dinobatkan menjadi raja muda (rajakumara). Dalam masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan.
1. Pemerintahan Raja Hayam Wuruk
Dalam menjalankan pemerintahan, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan patih hamengkubhumi. Jabatan tersebut bahu-membahu sudah diperoleh Gajah Mada ketika ia berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan di Keta pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi. Selaku patih hamengkubhumi, Gajah Mada menjalankan pemerintahan sipil dan militer secara rangkap. melaluiataubersamaini demikian, Gajah Mada bisa disebut sebagai negarawan dan jenderal perang.
Kekuasaan pengadilan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dipegang oleh dua orang jaksa. Untuk melaksanakan kekuasaan pengadilan, disusunlah kitap aturan Kutaramanawa. Kitab tersebut disusun oleh Gajah Mada. Jelaslah disini bahwa kecuali sebagai negarawan, Gajah Mada termasuk andal hukum.
Pada waktu-waktu tertentu diselenggarakan upcara Srada di kota raja, tujuannya menghormati arwah nenek moyang. Upacara tersebut dihadiri oleh tiruana pejabat, termasuk para adipati. Upacara sarada yang paling besar diselenggarakan pada tahun 1362, yaitu pada ketika memperingati 13 tahun meninggalnya Rajapatni dan atas perintah Ibunda Ratu Tribhuwanatunggadewil.
Raja Hayam Wuruk sangat memperhatikan pula keadaan daerah-daerah jajahan Beberapa kali ia mengadakan perjalanan kenegaraan meninjau daerah-daerah kekuasaan Majapahit yang disertai oleh para pembesar kerajaan. Misalnya, perjalanan meresmikan pembangunan candi ke Pajang (1351), Lasem (1354), Lumajang (1359), Blitar, Simping (1363), dan Kediri (1365).
2. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit Hayam Wuruk
Wilayah kekuasaan Majapahit pada ketika pemerintahan Hayam Wuruk hampir meliputi seluruh Nusantara termasuk Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Bahkan, dampak Kerajaan Majapahit terasa hingga ke luar Nusantara, yaitu hingga di Filipina Selatan, Thailand (Champa), dan Indocina. melaluiataubersamaini demikian, Sumpah Palapa Gajah Mada benar-benar sudah terwujud disatukan. Hal itu berkat perjuangan keras Mahapatih Gajah Mada. Agar Wilayah yang luas itu tetap aman. Majapahit mempunyai angkatan maritim yang kuat. Angkatan Laut Majapahit dipimpin oleh Laksamanan Nala. Armadanya selalu siap untuk menghadapi musuh.
3. Kekuasaan Ekonomi Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Dalam masa pemerintahan Hayam Wuruk juga tampak perjuangan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Berbagai kegiatan dalam bidang ekonomi sangat diperhatikan. Hasil pemungutan banyak sekali macam pajak dan upeti dimanfaatkan untuk pembangunan di segala bidang sehingga sanggup meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Di kawasan pedalaman, rakyat ulet melaksanakan perjuangan pertanian sehingga materi makanan berlimpah. Usaha memajukan pertanian dilaksanakan dengan pembuatan bendungan, tanggul, dan terusan air yang baik. Karena keamanan terjamin, pertanian terselenggara dengan baik dan perdagangan berjalan lancar sehingga pemasukan pajak teratur serta dengan pengawasan yang cermat menjadikan kerajaan Majapahit jaya dan kaya raya. Rakyat hidup kondusif dan tentram.
4. Kehidupan Keagamaan Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di Majapahit berkembang dua agama, yaitu agama Budha dan agama Hindu. Kedua agama tersebut sanggup hidup berdampingan secara rukun. Pada ketika itu sudah berkembang perilaku toleransi. Bukti toleransi itu contohnya Hayam Wuruk beragama Syiwa tetap menjalin hubungan dengan Mahapatih Gajah Mada yang beragama Buddha.
Hal yang berkaitan dengan keagamaan di Kerajaan Majapahit diserahkan kepada pejabat tinggi yang andal dalam bidang agama yang disebut dharmadhayaksa. Jabatan itu dibagia dua yaitu dharmadhayaksa ring kasaiwan untuk urusan agama syiwa dan dharmadhayaksa ring kasogatan untuk agama Buddha. Kedua pejabat itu masih dimenolong oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmaupapatti. Pejabat ini pada masa Hayam Wuruk ada tujuh orang yang disebut sang upapatti sapta. Selain sebagai pejabat keagamaan, para upapatti itu juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujungga. Misalnya, Empu Prapanca seorang pujangga besar yang mengarang kitab Negarakertagama juga menjabat sebagai dharmadhyaksa.
5. Hasil Kebudayaan Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Pada selesai pemerintahan Hayam Wuruk banyak meninggalkan seni bangunan yang berupa candi. Misalnya Candi Penataran, Candi Sawentar, dan Candi Sumber Jati yang terletak di bersahabat Blitar; Candi Tikus di Trowulan (Mojokerto); Candi Jabung didekat Kraksaan; serta Candi Trigawangi dan Candi Surawana di bersahabat Pare (Kediri).
Selain peninggalan seni bangunan candi, bidang kesustraan juga mengalami perkembangan yang pesat. Salah seorang pujangga kerajaan yang terkenal, yaitu Empu Prapanca mengarang Kitab Negarakertagama (1365) yang meliputi sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit hingga masa pemerintahan Hayam Wuruk. Seorang pujangga lainnya, yaitu Empu Tantular yang menulis dongeng Arjunawijaya dan Sutasoma. Dalam kitab Sutasoma tertulis semboyan yang amat populer yaitu Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa. Kalimat Bhinneka Tunggal Ika tersebut kini tercantum dalam lambang Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila.
6. Peristiwa Bubat
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, masih ada satu kerajaan di Pulau Jawa yang belum tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pada ketika itu, Kerajaan diperintah oleh Sri Baduga Mahajaraja. Gajah Mada berusaha menawarkan Kerajaan Sunda secara diplomatis dan kekeluargaan. Pada ketika itu, Raja Hayam Wuruk dimaksud hendak mempristri putri dari Kerajaan Sunda yang berjulukan Dyah Pitaloka sebagai permaisurinya. Lamaran Hayam Wuruk diterima oleh Raja Sunda Sri Baduga Mahajraja. Untuk memenuhi pinangan tersebut, berangkatlah Dyah Pitaloka, Sri Baduga beserta para pembesar dan pengiring Kerajaan Sunda ke Majapahit.
Namun, setibanya di Bubat (sebelah utara ibu kota Majapahit) terjadi perselisihan antara rombongan pengantin Dyah Pitaloka dan Gajah Mada. Gajah Mada meminta biar Dyah Pitaloka dikawinkan dengan Hayam Wuruk spesialuntuk sebagai putri persembahan. Sudah barang tentu hal itu sangat menusuk perasaan Sri Baduga sehingga terjadilah pertempuran di tanah lapang Bubat. Dalam perang itu, Sri Baduga Maharaja beserta tentaranya berjuang habis-habisan. Raja Sunda gugur dalam pertempuran itu dan Dyah Pitaloka bunuh diri. melaluiataubersamaini berakhirnya Perang Bubat berarti Jawa Bar sudah masuk wilayah kekuasaan Majapahit.
Peristiwa Bubat tersebut meruakan lembaran hitam dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Terjadinya insiden Perang Bubat itu sangat disesalkan oleh Hayam Wuruk sehingga mengakibatkan perperihalan batin dengan dengan Gajah Mada. Sesudah Perang Bubat berakhir, Gajah Mada mukti palapa mengundurkan diri dari jabatannya.
7. Gajah Mada dan Hayam Wuruk Wafat. Pada tahun 1364 Gajah Mada meninggal. Raja Hayam Wuruk resah dan sangat berduka cita, seluruh Kerajaan Majapahit berkabung. Raja Hayam Wuruk kemudian mengundang Pohon Narendra, yaitu semacam dewan penasihat untuk merundingkan calon pengganti kedudukan Gajah Mada. Akan tetapi, perjuangan itu tidak berhasil. Tidak seorang pun yang sanggup menggantikan kedudukan dan peranan Gajah Mada sehingga untuk sementara waktu pemerintahan Hayam Wuruk tanpa patih maengkubhumi.
Untuk mengisi kekosongan jabatan pahit hamengkubhumi diangkatlah pejabat gres Pu Tanding sebagai wredamantri. Pu Nala menjadi mantri amancanagara, dan Patih Dani sebagai menteri muda. Baru beberapa ketika kemudian Gajah Enggon diangkat sebagai patih hamangkubhumi. Namun, ketiruananya tidak bisa menggantikan peranan Gajah Mada. Pada tahun 1389 M Hayam Wuruk Wafat. Sejak ketika itulah, Majapahit semakin suram yang dimulai dengan timbulnya Perang Saudara di Majapahit.
8. Perebutan Kekuasaan Sepeninggal Hayam Wuruk
Pada tahun 1389, Raja Hayam Wuruk meninggal dan mungkin sekali dimuliakan di Tayung (daerah Berbek, Kediri). Sepeninggal Hayam Wuruk terjadilah kudeta di Majapahit. Kemelut politik pertama meletus pad atahun 1401. Seorang raja kawasan di penggalan timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja Wikramawardhana. Raja itu ialah suami Kusumawardhani yang mewarisi takhta kerajaan ayahnya (Hayam Wuruk), sedangkan Bhre Wirabhumi ialah putra Hayam Wuruk dari selir. Perang Saudara itu disebut Perang Paregreg. Dalam Perang Paregreg, pasukan Bhre Wirabhumi sanggup dihancurkan.
Perang Paregreg mengakibatkan Kerajaan Majapahit menjadi lemah sehingga banyak daerah-daerah kekuasaannya yang melepaskan diri. Raja Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh Suhita dan semenjak itu Majapahit menjelma kerajaan kecil.
1. Pemerintahan Raja Hayam Wuruk
Dalam menjalankan pemerintahan, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan patih hamengkubhumi. Jabatan tersebut bahu-membahu sudah diperoleh Gajah Mada ketika ia berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan di Keta pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi. Selaku patih hamengkubhumi, Gajah Mada menjalankan pemerintahan sipil dan militer secara rangkap. melaluiataubersamaini demikian, Gajah Mada bisa disebut sebagai negarawan dan jenderal perang.
Kekuasaan pengadilan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dipegang oleh dua orang jaksa. Untuk melaksanakan kekuasaan pengadilan, disusunlah kitap aturan Kutaramanawa. Kitab tersebut disusun oleh Gajah Mada. Jelaslah disini bahwa kecuali sebagai negarawan, Gajah Mada termasuk andal hukum.
Pada waktu-waktu tertentu diselenggarakan upcara Srada di kota raja, tujuannya menghormati arwah nenek moyang. Upacara tersebut dihadiri oleh tiruana pejabat, termasuk para adipati. Upacara sarada yang paling besar diselenggarakan pada tahun 1362, yaitu pada ketika memperingati 13 tahun meninggalnya Rajapatni dan atas perintah Ibunda Ratu Tribhuwanatunggadewil.
Raja Hayam Wuruk sangat memperhatikan pula keadaan daerah-daerah jajahan Beberapa kali ia mengadakan perjalanan kenegaraan meninjau daerah-daerah kekuasaan Majapahit yang disertai oleh para pembesar kerajaan. Misalnya, perjalanan meresmikan pembangunan candi ke Pajang (1351), Lasem (1354), Lumajang (1359), Blitar, Simping (1363), dan Kediri (1365).
2. Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit Hayam Wuruk
Wilayah kekuasaan Majapahit pada ketika pemerintahan Hayam Wuruk hampir meliputi seluruh Nusantara termasuk Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu. Bahkan, dampak Kerajaan Majapahit terasa hingga ke luar Nusantara, yaitu hingga di Filipina Selatan, Thailand (Champa), dan Indocina. melaluiataubersamaini demikian, Sumpah Palapa Gajah Mada benar-benar sudah terwujud disatukan. Hal itu berkat perjuangan keras Mahapatih Gajah Mada. Agar Wilayah yang luas itu tetap aman. Majapahit mempunyai angkatan maritim yang kuat. Angkatan Laut Majapahit dipimpin oleh Laksamanan Nala. Armadanya selalu siap untuk menghadapi musuh.
3. Kekuasaan Ekonomi Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Dalam masa pemerintahan Hayam Wuruk juga tampak perjuangan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Berbagai kegiatan dalam bidang ekonomi sangat diperhatikan. Hasil pemungutan banyak sekali macam pajak dan upeti dimanfaatkan untuk pembangunan di segala bidang sehingga sanggup meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Di kawasan pedalaman, rakyat ulet melaksanakan perjuangan pertanian sehingga materi makanan berlimpah. Usaha memajukan pertanian dilaksanakan dengan pembuatan bendungan, tanggul, dan terusan air yang baik. Karena keamanan terjamin, pertanian terselenggara dengan baik dan perdagangan berjalan lancar sehingga pemasukan pajak teratur serta dengan pengawasan yang cermat menjadikan kerajaan Majapahit jaya dan kaya raya. Rakyat hidup kondusif dan tentram.
4. Kehidupan Keagamaan Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di Majapahit berkembang dua agama, yaitu agama Budha dan agama Hindu. Kedua agama tersebut sanggup hidup berdampingan secara rukun. Pada ketika itu sudah berkembang perilaku toleransi. Bukti toleransi itu contohnya Hayam Wuruk beragama Syiwa tetap menjalin hubungan dengan Mahapatih Gajah Mada yang beragama Buddha.
Hal yang berkaitan dengan keagamaan di Kerajaan Majapahit diserahkan kepada pejabat tinggi yang andal dalam bidang agama yang disebut dharmadhayaksa. Jabatan itu dibagia dua yaitu dharmadhayaksa ring kasaiwan untuk urusan agama syiwa dan dharmadhayaksa ring kasogatan untuk agama Buddha. Kedua pejabat itu masih dimenolong oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmaupapatti. Pejabat ini pada masa Hayam Wuruk ada tujuh orang yang disebut sang upapatti sapta. Selain sebagai pejabat keagamaan, para upapatti itu juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujungga. Misalnya, Empu Prapanca seorang pujangga besar yang mengarang kitab Negarakertagama juga menjabat sebagai dharmadhyaksa.
5. Hasil Kebudayaan Kerajaan Majapahit Pada Masa Hayam Wuruk
Pada selesai pemerintahan Hayam Wuruk banyak meninggalkan seni bangunan yang berupa candi. Misalnya Candi Penataran, Candi Sawentar, dan Candi Sumber Jati yang terletak di bersahabat Blitar; Candi Tikus di Trowulan (Mojokerto); Candi Jabung didekat Kraksaan; serta Candi Trigawangi dan Candi Surawana di bersahabat Pare (Kediri).
Selain peninggalan seni bangunan candi, bidang kesustraan juga mengalami perkembangan yang pesat. Salah seorang pujangga kerajaan yang terkenal, yaitu Empu Prapanca mengarang Kitab Negarakertagama (1365) yang meliputi sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit hingga masa pemerintahan Hayam Wuruk. Seorang pujangga lainnya, yaitu Empu Tantular yang menulis dongeng Arjunawijaya dan Sutasoma. Dalam kitab Sutasoma tertulis semboyan yang amat populer yaitu Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa. Kalimat Bhinneka Tunggal Ika tersebut kini tercantum dalam lambang Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila.
6. Peristiwa Bubat
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, masih ada satu kerajaan di Pulau Jawa yang belum tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pada ketika itu, Kerajaan diperintah oleh Sri Baduga Mahajaraja. Gajah Mada berusaha menawarkan Kerajaan Sunda secara diplomatis dan kekeluargaan. Pada ketika itu, Raja Hayam Wuruk dimaksud hendak mempristri putri dari Kerajaan Sunda yang berjulukan Dyah Pitaloka sebagai permaisurinya. Lamaran Hayam Wuruk diterima oleh Raja Sunda Sri Baduga Mahajraja. Untuk memenuhi pinangan tersebut, berangkatlah Dyah Pitaloka, Sri Baduga beserta para pembesar dan pengiring Kerajaan Sunda ke Majapahit.
Namun, setibanya di Bubat (sebelah utara ibu kota Majapahit) terjadi perselisihan antara rombongan pengantin Dyah Pitaloka dan Gajah Mada. Gajah Mada meminta biar Dyah Pitaloka dikawinkan dengan Hayam Wuruk spesialuntuk sebagai putri persembahan. Sudah barang tentu hal itu sangat menusuk perasaan Sri Baduga sehingga terjadilah pertempuran di tanah lapang Bubat. Dalam perang itu, Sri Baduga Maharaja beserta tentaranya berjuang habis-habisan. Raja Sunda gugur dalam pertempuran itu dan Dyah Pitaloka bunuh diri. melaluiataubersamaini berakhirnya Perang Bubat berarti Jawa Bar sudah masuk wilayah kekuasaan Majapahit.
Peristiwa Bubat tersebut meruakan lembaran hitam dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Terjadinya insiden Perang Bubat itu sangat disesalkan oleh Hayam Wuruk sehingga mengakibatkan perperihalan batin dengan dengan Gajah Mada. Sesudah Perang Bubat berakhir, Gajah Mada mukti palapa mengundurkan diri dari jabatannya.
7. Gajah Mada dan Hayam Wuruk Wafat. Pada tahun 1364 Gajah Mada meninggal. Raja Hayam Wuruk resah dan sangat berduka cita, seluruh Kerajaan Majapahit berkabung. Raja Hayam Wuruk kemudian mengundang Pohon Narendra, yaitu semacam dewan penasihat untuk merundingkan calon pengganti kedudukan Gajah Mada. Akan tetapi, perjuangan itu tidak berhasil. Tidak seorang pun yang sanggup menggantikan kedudukan dan peranan Gajah Mada sehingga untuk sementara waktu pemerintahan Hayam Wuruk tanpa patih maengkubhumi.
Untuk mengisi kekosongan jabatan pahit hamengkubhumi diangkatlah pejabat gres Pu Tanding sebagai wredamantri. Pu Nala menjadi mantri amancanagara, dan Patih Dani sebagai menteri muda. Baru beberapa ketika kemudian Gajah Enggon diangkat sebagai patih hamangkubhumi. Namun, ketiruananya tidak bisa menggantikan peranan Gajah Mada. Pada tahun 1389 M Hayam Wuruk Wafat. Sejak ketika itulah, Majapahit semakin suram yang dimulai dengan timbulnya Perang Saudara di Majapahit.
8. Perebutan Kekuasaan Sepeninggal Hayam Wuruk
Pada tahun 1389, Raja Hayam Wuruk meninggal dan mungkin sekali dimuliakan di Tayung (daerah Berbek, Kediri). Sepeninggal Hayam Wuruk terjadilah kudeta di Majapahit. Kemelut politik pertama meletus pad atahun 1401. Seorang raja kawasan di penggalan timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja Wikramawardhana. Raja itu ialah suami Kusumawardhani yang mewarisi takhta kerajaan ayahnya (Hayam Wuruk), sedangkan Bhre Wirabhumi ialah putra Hayam Wuruk dari selir. Perang Saudara itu disebut Perang Paregreg. Dalam Perang Paregreg, pasukan Bhre Wirabhumi sanggup dihancurkan.
Perang Paregreg mengakibatkan Kerajaan Majapahit menjadi lemah sehingga banyak daerah-daerah kekuasaannya yang melepaskan diri. Raja Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh Suhita dan semenjak itu Majapahit menjelma kerajaan kecil.
Kehidupan Masyarakat Kerajaan Majapahit
a. Sejarah Kerajaan Majapahit di Bidang Ekonomi
Dalam keindahan ekonomi, Majapahit lebih mengutamakan perdagangan sebagai mata pencaharian utama selain pertanian. Majapahit mempunyai kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan antar pulau. Pelabuhan tersebut, antara lain Pelabuhan Canggu, Pelabuhan Surabaya, Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Sedayu, Pelabuhan Tuban, dan Pelabuhan Pasuruan. secara geografi letak Majapahit sangat strategis lantaran adanya lembah yang luas, yaitu di tepian Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas tersebut sanggup dilayari hingga ke kawasan hulu. Kedua sungai tersebut selain berfungsi untuk pengairan lahan pertanian, juga berfungsi sebagai masukana transportasi penting yang menunjang perekonomian masyarakatnya. Barang perdagangan dari Kerajaan Majapaht antara lain berupa beras, lada, garam, gading, cengkih, pala, kayu, cendana, ikan, emas dan intan. Bidang pertanian juga menerima perhatian dari pemerintah majapahit. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah terjadinya banjir.
b. Sejarah Kerajaan Majapahit di Bidang Sosial
Pada ketika Majapahit mencapai puncak kejayaan, kehidupan rakyatnya sangat adil dan makmur. Perhatian pemerintah terhadap rakyat sangat tinggi. Hal itu terlihat dari perhatian kerajaan terhadap kelancaran perdagangan, pelayaran, pertanian, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Perhatian raja terhadap rakyatnya juga terlihat dari perjalanan Raja Hayam Wuruk mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya. Untuk mengatur ketertiban masyarakat dalam penerapan tanah, dibuatkan Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Perpajakan. Masyarakat Majapahit juga sangat patuh terhadap rajanya lantaran raja dianggap sebagai penjelmaan dewa.
Kehidupan keagamaan masyarakat juga diperhatikan oleh negara. Rakyat didiberi kebebasan untuk menganut suatu agama atau kepercayaan. Agama yang berkembang ada ketika itu ialah agama Hindu Syiwa dan agama Buddha.
c. Sejarah Kerajaan Majapahit di Bidang Budaya
Kehidupan rakyat Majapahit yang makmur mengakibatkan kebudayaannya pun maju pesat. Berbagai hasil kebudayaan baik yang berupa candi, arca, maupun kesusastraan yang hingga pada mempunyai mutu yang tinggi. Kehidupan masyarakat Majapahit sudah maju. Kota Majapahit sudah dikelilingi dengan tembok yang terbuat dari watu bata. Maasyarakat Majapahit sudah mengenal seni wayang, seni sastra, seni gamelan, seni patung, seni bangunan, serta mengenal pengetahuan bertani, berdagang, berlayar dan pertukangan.
Dalam keindahan ekonomi, Majapahit lebih mengutamakan perdagangan sebagai mata pencaharian utama selain pertanian. Majapahit mempunyai kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan antar pulau. Pelabuhan tersebut, antara lain Pelabuhan Canggu, Pelabuhan Surabaya, Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Sedayu, Pelabuhan Tuban, dan Pelabuhan Pasuruan. secara geografi letak Majapahit sangat strategis lantaran adanya lembah yang luas, yaitu di tepian Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas tersebut sanggup dilayari hingga ke kawasan hulu. Kedua sungai tersebut selain berfungsi untuk pengairan lahan pertanian, juga berfungsi sebagai masukana transportasi penting yang menunjang perekonomian masyarakatnya. Barang perdagangan dari Kerajaan Majapaht antara lain berupa beras, lada, garam, gading, cengkih, pala, kayu, cendana, ikan, emas dan intan. Bidang pertanian juga menerima perhatian dari pemerintah majapahit. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah terjadinya banjir.
b. Sejarah Kerajaan Majapahit di Bidang Sosial
Pada ketika Majapahit mencapai puncak kejayaan, kehidupan rakyatnya sangat adil dan makmur. Perhatian pemerintah terhadap rakyat sangat tinggi. Hal itu terlihat dari perhatian kerajaan terhadap kelancaran perdagangan, pelayaran, pertanian, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Perhatian raja terhadap rakyatnya juga terlihat dari perjalanan Raja Hayam Wuruk mengunjungi daerah-daerah kekuasaannya. Untuk mengatur ketertiban masyarakat dalam penerapan tanah, dibuatkan Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Perpajakan. Masyarakat Majapahit juga sangat patuh terhadap rajanya lantaran raja dianggap sebagai penjelmaan dewa.
Kehidupan keagamaan masyarakat juga diperhatikan oleh negara. Rakyat didiberi kebebasan untuk menganut suatu agama atau kepercayaan. Agama yang berkembang ada ketika itu ialah agama Hindu Syiwa dan agama Buddha.
c. Sejarah Kerajaan Majapahit di Bidang Budaya
Kehidupan rakyat Majapahit yang makmur mengakibatkan kebudayaannya pun maju pesat. Berbagai hasil kebudayaan baik yang berupa candi, arca, maupun kesusastraan yang hingga pada mempunyai mutu yang tinggi. Kehidupan masyarakat Majapahit sudah maju. Kota Majapahit sudah dikelilingi dengan tembok yang terbuat dari watu bata. Maasyarakat Majapahit sudah mengenal seni wayang, seni sastra, seni gamelan, seni patung, seni bangunan, serta mengenal pengetahuan bertani, berdagang, berlayar dan pertukangan.
Sejarah Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada, Ranawijaya adalah Raja Majapahit terakhir. Dan salah satu prasasti.peninggalannya, Ranawijaya juga disebut Girindrawardhana Sri Singhawardhana Dyah Ranawijaya yang juga sebagai Sri Paduka Maharaja Bhatara I Kling selain disebut sebagai Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatiktapura Jan ggala Kadiri Prabunatha. Ranawijaya bertekad untuk membangun kembali kejayaan Majapahit dengan dimenolong oleh Patih Pu Wahan dan pada selesai pemerintahan didampingi oleh Patih Udara. Oleh lantaran situasi sudah memburuk, perjuangan itu tidak membawa hasil yang memuaskan. Kelemahan Majapahit itu diketahui oleh daerah-daerah di luar Jawa sehingga satu demi satu daerah-daerah itu melepaskan diri dan kekuasaan Majapahit dan diikuti oleh kawasan pesisir utara Pulau Jawa.
Faktor-Faktor Sejarah Kerajaan Majapahit - Adapun faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit sangatlah kompleks, antara lain sebagai diberikut.
- Akibat hilangnya dua tokoh Majapahit pilihan yang susah dicari gantinya, yaitu Gajah Mada dan Hayam Wuruk mengakibatkan kewibawaan Majapahit makin pudar dan ketaatanraja-raja kawasan mulai berkurang.
- Tidak ada tokoh Majapahit yang bisa menggantikan kepemimpinan Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
- Sistem politik yang dijalankan Gajah Mada terlalu sentralistis sehingga kurang memdiberi kebebasan berpolitik kepada raja-raja jajahan. Akibatnya, tumbuhlah perasaan tertekan di kalangan raja-raja jajahan.
- Pembagian kekuasaan yang diterapkan Hayam Wuruk menurut sistem kekeluargaan, bukan pada prestasi kerja mengakibatkan raja-raja kawasan kurang kreatif dan pengabdiannya tidak tulus.
- Terjadinya perang saudara (Perang Paregreg) benar-benar melemahkan Majapahit sehingga banyak raja kawasan yang memisahkan din dan Majapahit.
- Agama Islam mulai berkembang di pesisir utara Pulau Jawa yang diikuti dengan berkembangnya Kerajaan Islam Demak.
Baca Juga:
Sejarah Kerajaan Tarumguagara & Kehidupan Ekonomi, Sosial, BudayaSejarah: Isi Perjanjian Linggarjati, Latar Belakang & Dampaknya
Sejarah: Isi Perjanjian Roem Royen, Latar Belakang & Dampaknya
Mengenal Sejarah Kerajaan Singasari
Peninggalan Sejarah Kerajaan Kutai
Sejarah: Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Demikianlah informasi terkena Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya. Semoga kawan-kawan sanggup mendapatkan dan bermanfaa bagi kita tiruana baik itu sejarah majapahit, kehidupan masyarakat kerajaan majapahit, sejarah kerajaan majapahit dalam kehidupan ekonomi, sejarah kerajaan majapahit dalam kehidupan sosial, sejarah kerajaan majapahit dalam kehidupan budaya. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman.
Referensi: Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
- Suparman dkk. 2004. Pengetahuan Sosial Sejarah. Solo: Tiga Serangkai. Hal: 52-62.
- Suparman dkk. 2002. Untuk SLTP Kelas I IPS Sejarah. Berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Solo: Tiga Serangkai. Hal: 32-37 dan 45
Posting Komentar untuk "Sejarah Kerajaan Majapahit & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya"