Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Unsur Intrinsik Pada Prosa

Penjelasan Unsur Intrinsik pada Prosa - Prosa merupakan karya seni sastra yang tertulis yang berbentuk karangan kisah bersifat bebas, tak terikat dengan padu padan irama atau typograph dengan gaya bahasa yang bebas. Prosa merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti “terus terang”. Biasanya prosa dipakai untuk menggambarkan atau menjelasakan suatu fakta, ide, atau kisah imajiner. Oleh alasannya itu, prosa sanggup dipakai untuk menulis surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, cerpen, dongeng, dan lainnya. Prosa dibagi menjadi dua golongan:

a. Prosa fiksi, merupakan jenis prosa yang berisi certa khayalan/ fiksi/ imajiner. Bertujuan untuk menghibur serta memberikan pesan- pesan moral atau wangsit atau gagasan penulis. Contoh: cerpen, novel, dongeng.

b. Prosa nonfiksi, merupakan jenis prosa yang mengkisahkan cerita- kisah yang benar – benar telah terjadi (fakta/ nyata) dalam kehidupan masa lalu. Prosa nonfiksi sanggup digolongkan ke dalam goresan pena semiilmiah, hal ini alasannya berisi hal-hal yang nyata, hanya saja penyajiannya lebih santai dibanding goresan pena ilmiah. Contoh: pidato, opini, tips, dan lain- lain.

Dalam menulis prosa, tentu ada unsur- unsur yang harus diperhatikan ibarat pada penulisan naskah drama. Unsur- unsur yang terlibat pribadi dalam penulisan prosa disebut dengan unsur instrinsik. Dapat dikatakan bahwa unsur instrinsik yaitu unsur pokok yang akan memilih bentuk prosa yang akan ditulis. Adapun unsur- unsur instrinsik pembangun prosa tidaklah berbeda dengan sastra lainnya, antara lain:

1. Tema

Merupakan garis start sebuah karya seni. Tema mengandung gagasan, ide, pikiran pokok yang hendak dikembangkan menjadi goresan pena yang panjang dan menghibur.

2. Amanat

Amanat atau pesan moral dalam suatu prosa diungkapkan secara implisit, tidak terang- terangan ditulis secara gamblang, namun tersirat dalam goresan pena – goresan pena atau tokoh yang diceritakan dalam prosa.

3. Tokoh

Seperti pada seni lakon, unsur penting yang besar lengan berkuasa dalam suatu prosa yaitu adanya tokoh yang terlibat dalam wangsit yang diusung dalam prosa tersebut. Tokoh merupakan individu yang terlibat dalam insiden atau kisah dalam prosa. Biasanya tokoh ini berwujud manusia, namun ada juga yang berwujud hewan untuk menceritakan suatu kisah. Seperti padanya sastra drama, tokoh dalam prosa dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh tambahan. Tokoh sentral merupakan tokoh utama yang terlibat dalam konflik yang terjadi dalam kisah atau fakta. Tokoh sentral sanggup dibedakan menurut sifatnya menjadi tokoh protagonis yakni tokoh yang cenderung berbuat bijak. Sedang tokoh antagonis mempunyai abjad yang senantiasa berlawanan dengan tokoh protagonis. Oleh alasannya itu, kedua tokoh ini yaitu tokoh utama yang terlibat dalam konflik.
Advertisement

4. Alur

Pemilihan alur atau plot sangat dipengaruhi oleh insiden yang hendak diangkat dalam goresan pena prosa. Alur mundur selalu digunakkan dalam penyajian kisah mengenai pristiwa- insiden yang berlangsung masa kemudian terutama pada prosa non fiksi yang enyajikan fakta- fakta atau kenyataan yang telah terjadi. Sedangkan alur maju atau adonan sanggup dipakai pada prosa fiksi yang merupakan kisah- kisah imajner buah ajaran pengarang.

5. Setting

Latar atau setting merupakan segala hal yang berafiliasi dengan tempat, waktu, dan suasana, situasi sosial dan lainnya mengenai peristiwa- insiden yang terjadi atau kisah yang akan dibuat. Melalui setting kita sanggup mengetahui kisah atau fakta yang berlangsung terkait waktu dan tempat, serta situasi ketika peristiwa.

6. Sudut pandang

Dalam sastra tertulis memakai sudut pandang yaitu cara penulis menyajikan peristiwa, terkait dengan penokohan. Apakah penulis terlibat dalam insiden tersebut atau tidak maka sanggup membedakan macam- acam sudut pandang:

a. Sudut pandang orang pertama yaitu jenis kisah yang melibatkan pengarang dalam insiden yang ia tulis. Ciri khas prosa yang memakai sudut pandang ini ialah menyebut-nyebut “aku” dalam prosa yang ditulis. “aku” disini sanggup menjadi tugas utama atau hanya sekedar tokoh perhiasan dalam suatu insiden yang dialami pribadi atau hanya menganalisa, melihat insiden tersebut.
b. Sudut pandang orang ketiga, penulis benar- benar tidak teribat dalam kisah tersebut. Penggunaan kata ganti “dia, ia” dan tidak pernah menyebut “aku”, yaitu ciri khas sudut pandang orang ketiga.

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa penulisan tiap- tiap penulis berbeda- beda, alasannya tidak ada hukum yang mengikat maka gaya bahasa goresan pena ini bersifat bebas. Oleh alasannya itu, sering kita membaca suatu kisah atau peristwa yang sama namun ditulis oleh dua orang yang berbeda akan menjadikan kesan yang berbeda. Oleh alasannya itu, meski gaya bahasa bersifat bebas namun sangat akan mensugesti penyampaian amanat dalam goresan pena yang dirangkai.

Demikian unsur- unsur instrinsik prosa. Berhubung mempunyai kemiripan dengan seni drama, maka sering sekali seni drama mengambil kisah- kisah yang ditulis melalui prosa.

Posting Komentar untuk "Penjelasan Unsur Intrinsik Pada Prosa"